Internasional MUKTAMAR KE-34 NU

Singkatnya Jadwal Muktamar, Gus Nadir: Lebih Kritis dan Realistis

Sen, 20 Desember 2021 | 20:00 WIB

Singkatnya Jadwal Muktamar, Gus Nadir: Lebih Kritis dan Realistis

Profesor KH Nadirsyah Hosen (Gus Nadir). (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Muktamar ke-34 NU yang rencananya digelar di Lampung pada 22-24 Desember 2021, maju dari jadwal semula (23-25/12/2021), menjadikan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, Profesor KH Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) kurang bersemangat.


Ia menilai, dalam gelaran Muktamar NU di Lampung hanya akan berjalan singkat. Dengan jadwal muktamar yang dipercepat, setiap sidang komisi hanya berjalan sekitar dua jam.


“Saya bukan pesimis, tapi lebih kritis dan realistis, ketimbang kita bicara hal-hal yang baik tentang NU tapi sebenarnya di dalamnya ada hal-hal penting yang harus diselesaikan,” ungkapnya dalam Webinar Pra Muktamar NU ke-34 pada sesi dua.


Pada acara yang disiarkan langsung melalui Zoom dan YouTube TVNU pada Ahad (20/12/2021), Gus Nadir mengungkapkan, perlu membangun peradaban dunia yang sejalan dengan tema besar Muktamar tahun ini.


“NU sudah merumuskan dalam muktamar 34 ini dengan tema ‘Menuju Satu Abad NU: Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia’, justru harus mengeluarkan gagasan cemerlang saat muktamar. Karena tantangannya sejauh apa NU saat ini bisa mempengaruhi wacana publik dan wacana global,” tandasnya.


Gus Nadir menambahkan, tema muktamar yang diambil berangkat dari permasalahan NU. Seperti NU yang banyak merespons isu lokal daripada isu global.


Gus Nadir juga mengungkapkan, bola dunia sebagai lambang NU tentu berdasar pada isu global yang mempengaruhi berdirinya. Akan tetapi, dalam 100 tahun berikutnya karakter NU lebih bersifat lokal.


“Tidak seperti gerakan transaksional yang ingin mengislamkan, menyariahkan, dan mengkhilafahkan dunia, menjadikan dunia sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis misalnya. Itu Gerakan lintas benua yang tidak menjadi ciri NU,” ungkapnya.


Menurut dia, kekuatan NU justru berada pada kelokalannya. Jika ada pertarungan dan pertentangan dengan kelompok transaksional, tidak pernah menyerang titik pusat wahabi, HTI, dan lainnya.


“Karena NU lebih bersifat menjaga komunitas sendiri, dan fokus pada isu lokal politik nasional. Meskipun ada isu global yang direspons tapi sangat sporadik dan isu itu tidak bisa mempengaruhi wacana di dunia,” tuturnya.


Gus Nadir menilai, PBNU belum memanfaatkan kepanjangan tangan NU di dunia global yang sudah terdapat di lebih dari 30 negara. Ia berharap, Muktamar ke-34 NU berjalan lebih semarak dan substantif untuk kaum intelektual NU.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori