Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Tradisi Menjaga Kebugaran Jasmani di Macau

Sab, 17 Juni 2017 | 15:10 WIB

"Sudah delapan kilometer, Ustadz," kata saya kepada Ustadz Muhandis. Angka yang saya sebutkan ialah jarak yang kami tempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan-jalan Kota Macau, Kamis, 14 Juni 2017 lalu. 

Walaupun begitu, anehnya tak ada rasa haus yang menerpa. Juga di sekeliling kami banyak sekali warung makan yang buka.

Soal jalan kaki, memang salah satu pemandangan yang lumrah terlihat ialah senangnya masyarakat baik Hong Kong maupun Macau berjalan kaki. Ini sudah menjadi life style.
 
Gaya berjalan kaki juga menjadi ciri masyarakat di negara-negara maju. Saya akui di tanah air memang bukan orang yang suka berjalan kaki jauh, lebih senang mengandalkan sepeda motor ataupun mobil, apalagi sedang trend di Indonesia menggunakan jasa angkutan online. Di Macau saya terbiasa berjalan kaki rata-rata 6-8 kilometer per hari. Inilah salah satu dampak baik melancong ke negeri orang.

Terbayang ketika orangtua kita dulu tak pernah mengandalkan peta digital atau internet, ke mana-mana berjalan kaki. Akibatnya tubuh jadi lebih sehat dan ingatan juga kuat. Rasanya kita terlalu mengandalkan gadget atau alat sehingga malas mengingat.

Dan berjalan kaki ialah salah satu obat untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Bagaimana kita bisa merasakan tiap jengkal tanah dengan langkah kaki sendiri. Betapa mahalnya—bukan hanya dalam arti harga namun nilai—sebuah tanah milik kita, yang kita pijak dengan kaki sendiri. Tanyakanlah pada anak negeri yang berpencar ke ragam negara, bumi Nusantara pasti selalu punya makna yang istimewa dalam hatinya.

Spot-spot publik di Macau biasanya menyediakan ruang khusus untuk berolahraga, taman bermain anak serta track untuk berjalan santai ataupun berlari. Banyak warga Macau yang berlari di sore hari, mulai dari remaja, dewasa bahkan kakek-kakek yang bertelanjang dada namun terlihat bugar dan bersemangat. Tak jarang pula nampak ibu-ibu ataupun para nenek yang terlihat seperti mengeluarkan jurus-jurus tai chi seperti di Taman Guia Hill.

Berjalan kaki bukan hanya menguntungkan secara jasmani. Bila ditujukan ke masjid misalnya akan memiliki nilai yang tinggi di hadapan Allah swt. Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekali memberikan kabar gembira terkait orang yang berjalan menuju masjid. Dari adanya pengangkatan derajat setiap langkah, penghapusan dosa, serta pemberian cahaya di hari kiamat nanti.

Dari Ubay bin Ka’ab RA, beliau berkata, “Ada seseorang laki-laki yang sepengetahuanku rumahnya paling jauh dari masjid. Dia tak pernah melewatkan shalat (di masjid). Ada seseorang yang mengatakan padanya, ‘Tidakkah sebaiknya engkau membeli keledai yang bisa engkau tunggangi di masa gelap dan di saat panas.’ Orang tersebut menyatakan, ‘Aku tidak suka rumahku di samping masjid. Aku ingin tercatat (pahala) langkah kakiku menuju masjid dan langkah kakiku ketika kembali (dari masjid) ke keluargaku. Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah telah menggabungkan (kedua pahala untuk berangkat dan pulang) bagimu seluruhnya.” (HR. Muslim)

Salah satu yang tak kalah unik di Macau ialah berjejernya alat-alat fitnes secara terbuka di ruang publik, dan bisa dikatakan cukup lengkap, mulai yang digunakan untuk melatih otot bisep dan trisep, otot paha, otot dada, melatih keseimbangan. Melihat itu, saya mengira alat bermain anak karena warnanya yang mencolok kuning dan merah. 

"Kita coba, Ustadz," ajak saya kepada Ustad Muhandis.
 
Saya lihat masyarakat bisa dengan bebas menggunakan alat-alat itu kapan pun. Pemerintah amat perhatian terhadap kesehatan fisik warganya, dan warganya juga bisa menjaga fasilitas yang bermanfaat ini.

Gaya hidup sehat ialah gaya hidup yang Islami, dan terkadang kita menemukannya justru di negeri yang penduduknya mayoritas non-Muslim. Namun demikian, kita dianjurkan untuk berupaya dan memohon al-'afiyah, di mana kesehatan dalam Islam mencakup cageur bageur atau lahir bathin.

Saepuloh, anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerjasama dengan LAZISNU.