Internasional

Ziarah ke Makam Imam Bukhari, Gus Fahrur Kenang Jasa Bung Karno

Sen, 5 Juni 2023 | 20:30 WIB

Ziarah ke Makam Imam Bukhari, Gus Fahrur Kenang Jasa Bung Karno

Gus Fahrur (kiri) berziarah ke kota kelahiran dan makam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari atau Imam Bukhari. (Foto: Dok. pribadi)

 Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozi melakukan perjalanan ke beberapa kota di Uzbekistan, negara pecahan Uni Soviet. Perjalanan itu berlangsung selama delapan hari, dimulai sejak 31 Mei hingga 7 Juni 2023 mendatang.


Di sana, Gus Fahrur menziarahi para wali dan ulama, termasuk berziarah ke kota kelahiran dan makam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari atau Imam Bukhari. 


"Saya ziarah awliya (para wali) yang ada di Tashkent, Samarkand, Bukhara, untuk melihat sisa-sisa sejarah kejayaan Islam pada masa lalu yang menjadi tempat kelahiran Imam Bukhari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi di Samarkand," tutur Gus Fahrur kepada NU Online, Senin (5/6/2023).


Gus Fahrur menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dengan Imam Bukhari. Ia lalu mengenang jasa Presiden Soekarno yang berhasil menemukan makam ulama ahli hadits itu.


"Pada tahun 1956, Bung Karno meminta Presiden Uni Soviet untuk mencarikan makam Imam Bukhari yang saat itu sudah tidak terawat. Akhirnya ditemukan dan atas jasa Bung Karno-lah, makam Imam Bukhari itu dirawat kembali," tutur Gus Fahrur.


Setelah Uzbekistan merdeka, makam Imam Bukhari kembali dibangun dan saat ini sedang dalam proses pembangunan yang sangat megah.


"Pada 1991, Uzbekistan merdeka, berdaulat, dan menjadi negara yang mayoritas penduduk Muslim. Lalu dibangun kembali sisa-sisa peninggalan sejarah dengan sangat indah," tuturnya.


Gus Fahrur menduga bahwa makam Imam Bukhari yang dulu tak terawat karena penguasa Uni Soviet ketika itu berhaluan ideologi komunisme yang anti-agama.

 
"Kita tahu, hampir 100 tahun mereka dikuasai oleh Uni Soviet dan suasana keagamaan betul-betul sangat dikekang. Pendidikan agama sangat dibatasi di era kepemimpinan komunis," lanjut Gus Fahrur.


Ia mengabarkan bahwa di dekat makam Imam Bukhari rencananya akan dibangun beberapa hotel. Salah satunya ada hotel yang berasal dari pengusaha Indonesia.


Bahkan, lanjut Gus Fahrur, akan ada penerbangan maskapai dengan rute langsung dari Jakarta menuju Samarkand. Ke depan, ia berharap, Uzbekistan menjadi salah satu destinasi wisata, seperti Turkiye yang menjadi paket ibadah umrah. 


"Saya kira, makam Imam Bukhari layak dikunjungi karena beliau orang yang paling berjasa dalam pembukuan hadits dan merupakan kitab kedua yang paling shahih di muka bumi setelah Al-Qur’an," ujar Gus Fahrur. 


Di Samarkand, Gus Fahrur juga menziarahi peninggalan Timur Lenk, seorang kaisar atau raja Muslim keturunan Mongol yang kekuasannya hampir menguasai separuh dunia. 


"Di makam Timur Lenk dan istrinya, ada satu monumen cinta yang dibangun Timur Lenk, bernama Masjid Bibi-Khanym. Itu yang menginspirasi berdirinya Taj Mahal di India," jelas Gus Fahrur.


Selain itu, ada makam sahabat Nabi yang bernama Qatsam bin Abbas bin Abdul Muthalib. Sahabat Qatsam pernah melakukan perjalanan dan meninggal di Samarkand.


"Lalu dimakamkan di sebuah kompleks pemakaman yang dibangun dengan Shahi Zinda, di situ ada makam beberapa ulama dan istri-istri dari Timur Lenk," katanya.


Gus Fahrur juga berziarah ke makam Syekh Bahauddin Naqsyabandi, pendiri tarekat Naqsyabandiyah yang beredar luas di Indonesia, bahkan seluruh dunia.  


Setelah berziarah ke beberapa makam ulama dan tempat bersejarah di kota-kota yang ada di Uzbekistan, Gus Fahrur kemudian merasa senang sekaligus bersyukur karena kehidupan beragama di Indonesia masih jauh lebih bebas dan sempurna.


"Kita di Indonesia mendengarkan azan bersahut-sahutan, di sini kita merasakan sangat kurang sekali. Jarang saya temukan orang berbahasa Arab kecuali di makam Imam Bukhari. Di sini ada sekolah ilmu hadits yang diajar oleh guru-guru dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir," jelas Gus Fahrur.


Sebagian masjid yang beroperasi di sana, lanjutnya, digunakan oleh umat Muslim yang rata-rata bermazhab Hanafi dan pengikut tarekat Naqsyabandiyah.


Meski antusiasme peziarah di Uzbekistan masih sangat jauh jika dibandingkan dengan yang ada di Indonesia, tetapi ia yakin, negara kecil pecahan Uni Soviet itu kelak dapat menjadi destinasi wisata religi.


"Dibandingkan dengan peziarah di Indonesia, sangat jauh sekali. Tapi ini akan jadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik karena ada napak tilas sejarah di Uzbekistan," pungkas Gus Fahrur. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad