Kesehatan

Selain Pola Makan, Lingkungan Obesogenik Jadi Penyebab Obesitas

Sel, 13 Juni 2023 | 13:00 WIB

Selain Pola Makan, Lingkungan Obesogenik Jadi Penyebab Obesitas

Ilustrasi obesitas. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online
Kasus obesitas yang dialami Muhammad Fajri (27) menjadi sorotan. Fajri menderita obesitas dengan berat badan yang mencapai 300 kilogram.

 

Dengan bobotnya yang mencapai 300 kilogram itu, Fajri terpaksa dievakuasi RSUD Kota Tangerang pada Rabu, (7/6/2023) lalu yang kemudian dirujuk ke RSCM dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat demi mendapatkan penanganan intensif.

 

Menyoroti kasus tersebut, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Ahmad Syafiq memberi catatan pada kasus obesitas yang terjadi di dalam negeri.

 

Syafiq menjelaskan, obesitas pada dasarnya terjadi karena ketidakseimbangan energi. Dua penyebab langsung obesitas adalah kelebihan konsumsi energi dan kekurangan aktivitas fisik.

 

Meski begitu, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan risiko dan memperparah kasus obesitas, yakni lingkungan obesogenik.

 

“Ada faktor lain kenapa seseorang cenderung akan berlebih atau kurang aktivitas fisik ini yang disebut sebagai lingkungan yang obesogenik,” kata Syafiq kepada NU Online, Senin (12/6/2023) malam.

 

Lingkungan obesogenik, terang dia, adalah lingkungan yang mempengaruhi pola hidup dan mendorong terjadinya pertambahan berat badan.

 

Menurutnya, obesitas merupakan persoalan kompleks. Upaya pencegahan obesitas pada level masyarakat harus diciptakan lingkungan yang tidak obesogenik. Sebagai contoh, dengan menciptakan lingkungan yang menciptakan rasa nyaman untuk melakukan aktivitas fisik.

 

Selain itu, Syafiq menilai penting juga memberikan edukasi pembatasan konsumsi energi agar menyesuaikan dengan kebutuhan dan tidak berlebihan.

 

“Untuk mendorong aktivitas fisik dibuatlah peraturan transportasi publik dibuat supaya orang bisa berjalan kaki ke arah sana. Kemudian diperbanyak tempat yang memungkinkan orang beraktivitas fisik dengan nyaman. Sehingga kemungkinan orang untuk berjalan kaki naik sepeda itu harus disupport dengan lingkungan yang mendukung yang tidak membuat orang malas bergerak,” jabar dia.

 

Di sisi lain, ia mengingatkan pola makan harian juga perlu diperhatikan agar disesuaikan dengan kebutuhan.

 

“Orang harus tahu kebutuhan energinya seperti apa. Kebutuhan energi ini ditentukan dengan aktivitas fisik kita. Kalau pekerjaannya berat, tentu berbeda dengan yang pekerjaannya hanya duduk di hadapan komputer,” tutup dia.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi