Kesehatan

Urine Berwarna, Bahayakah? Begini Penjelasan Lembaga Kesehatan NU

Ahad, 16 Oktober 2022 | 20:30 WIB

Jakarta, NU Online
Urine merupakan produk limbah yang disaring oleh ginjal. Urine dikeluarkan tubuh untuk membuang racun dan zat sisa dari dalam darah. Normalnya, urine berwarna kuning keemasan.


Namun pada kondisi tertentu, warna urine dapat berubah warna menjadi lebih gelap, seperti berwarna cokelat, kuning tua, atau merah. Lantas, apakah perubahan warna urine tersebut menandakan masalah kesehatan?


Pengurus Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBN) dr Syifa Mustika menjelaskan bahwa warna urine berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang.


“Memang perubahan warna urine bisa mengindikasikan sesuatu. Misalnya, yang berwarna pekat seperti teh berarti ada gangguan pada liver. Urine berwarna merah seperti darah mengindikasikan gangguan di ginjal,” kata dr Syifa Mustika dalam keterangannya kepada NU Online, Ahad (16/10/2022).


Meski demikian, perubahan warna urine tidak selalu identik dengan adanya gangguan kesehatan fatal. Ia mengatakan, perubahan warna urine bisa menandakan kurangnya cairan dalam tubuh.


“Namun, misal hanya sekadar pekat, bisa saja mengindikasikan dehidrasi kurang cairan,” ujarnya.


Maka itu, ia mengatakan diagnosis lebih lanjut terkait perubahan warna urine tersebut, hanya dapat dipastikan melalui tes laboratorium.


“Harus menyikapi warna urine. Karena, bukan nggak mungkin urine yang berwarna kuning biasa, tapi dia ada gangguan ginjal,” jelasnya.


Arti warna urine
Melansir Alodokter, perubahan warna urine dapat terjadi karena berbagai hal, mulai dari gangguan pada tubuh yang sifatnya tidak berbahaya hingga yang dapat berakibat fatal.


Sebagai petunjuk mengenai kondisi kesehatan tubuh, berikut adalah beberapa macam warna urine dan artinya:


1. Jernih
Warna urine jernih menandakan kondisi tubuh yang terhidrasi dengan baik. Kendati demikian, warna urine yang jernih juga dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan seperti gangguan hati seperti sirosis dan hepatitis. Jika Anda merasa tidak minum banyak air, namun memiliki urine yang jernih, Anda disarankan memeriksakan diri ke dokter.


2. Kuning muda atau keemasan
Warna urine yang satu ini menggambarkan kondisi tubuh yang baik. Warna urine kuning keemasan menandakan Anda sehat dan cukup terhidrasi.


3. Kuning pekat
Warna urine kuning pekat umumnya disebabkan oleh dehidrasi. Perubahan warna urine ini terjadi apabila Anda kekurangan cairan tubuh.


4. Cokelat tua
Urine berwarna cokelat atau cokelat tua dapat menjadi tanda adanya gangguan pada organ hati, ginjal, hingga infeksi saluran kemih.


Selain itu, urine berwarna cokelat tua bisa juga disebabkan oleh efek samping obat. Adapun obat yang dapat membuat warna urine menjadi cokelat tua adalah obat antimalaria, antibiotik, dan obat pencahar yang mengandung cascara atau senna.


5. Oranye
Air seni berwarna oranye dapat menandakan masalah kesehatan pada hati atau saluran empedu, utamanya jika disertai dengan warna feses yang terlihat pucat atau putih.


Namun, warna urine oranye juga bisa terjadi ketika tubuh mengalami dehidrasi atau karena efek samping kemoterapi, obat pencahar, obat antiradang sulfasalazine, obat phenazopyridine untuk infeksi saluran kemih, obat TB rifampin dan isoniazid, serta riboflavin (vitamin B2) dalam dosis tinggi.


6. Putih dan keruh
Urine dengan warna putih seperti susu dan berbau tajam, bisa jadi merupakan tanda infeksi saluran kemih. Kondisi ini disebut piuria yang disebabkan adanya infeksi bakteri, jamur, dan virus.


Warna urine yang keruh juga identik dengan adanya penumpukan sel darah putih, asam urat, protein, atau lemak pada urine.


7. Merah muda atau merah
Warna urine merah dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi dan efek samping obat-obatan tertentu untuk infeksi saluran kemih dan obat TB rifampin.


8. Hijau atau biru
Urine berwarna biru atau hijau dapat disebabkan oleh pewarna makanan atau efek samping obat asma seperti antidepresan amitriptilin, obat bius propofol, dan zat warna metilen biru.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori