Kesehatan

Usia Ideal Anak Belajar Puasa Ramadhan

Sel, 28 Maret 2023 | 08:00 WIB

Usia Ideal Anak Belajar Puasa Ramadhan

Rentang usia 3-5 tahun dianggap waktu yang ideal oleh sebagian orang tua untuk mengajari anak belajar puasa. (Foto: Ilustrasi/Freepik)

Sumenep, NU Online
Meskipun anak belum baligh, orang tua wajib mengenalkan dan mengajari berpuasa Ramadhan agar kelak terbiasa menjalaninya. Pengurus Cabang Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep dr H Slamet Riadi mengatakan, rentang usia 3-5 tahun dianggap waktu yang ideal oleh sebagian orang tua untuk mengajari anak belajar puasa. 


"Namun coba perhatikan lagi, apakah di usia tersebut anak sudah bisa mengenal mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan? Bagi kami bersosialisasi menjadi salah satu pertimbangan apakah anak sudah bisa memulai puasa," ujarnya kepada NU Online, Senin (27/3/2023).

 

"Kenapa demikian? Ketika anak lebih bisa menikmati kebersamaan, memperhatikan aktivitas sekelilingnya, dan mulai meniru apa yang dilakukan orangtua atau orang dewasa di dekatnya, maka di momen ini anak jauh lebih bisa diberikan pemahaman mengenai puasa," imbuhnya.

 

Secara psikis, lanjutnya, sudah bisa bersosialisasi menjadi tanda kognitif anak mulai berkembang dan mengambil kesimpulan pada apa yang terjadi di sekelilingnya. Berangkat dari inilah ia mengimbau agar orang tua tidak perlu terlalu susah memberikan penekanan dan pemahaman, karena anak sudah bisa mencerna sendiri apa dan mengapa suatu hal bisa terjadi.

 

Selain kesiapan mental, kata dr Slamet, hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kondisi fisiknya. Beberapa ahli medis merekomendasikan, untuk mengajari anak memulai puasa di usia 7 tahun. Pertimbangan ini dikarenakan usia berpengaruh pada cadangan glikogen seseorang. Semakin muda usianya, maka semakin sedikit pula cadangan glikogen yang dimilikinya. 

 

"Cadangan glikogen berperan penting pada saat puasa untuk menjaga kadar gula dalam darah. Ketika glikogen habis maka akan timbul risiko hipoglikemia atau kadar gula darah rendah di bawah normal," ungkap pria yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Sumenep ini.

 

Ia menjelaskan, menurut Stanford Children's Health hipoglikemia pada anak bisa terjadi ketika anak tidak makan tepat waktu, kekurangan makanan, atau beraktivitas yang lebih banyak dari biasanya. 


"Pusing, berkeringat, kelaparan, lekas marah, kulit pucat, gerakan kikuk atau tersentak-sentak, kehilangan konsentrasi, kebingungan, kejang, sensasi kesemutan di sekitar mulut adalah gejala anak mengalami hipoglikemia," terangnya.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan