Nasional RAKERNAS LPTNU

3 Pesan Utama Memajukan Pendidikan dari Wapres dan para Tokoh di Rakernas LPTNU

Jum, 10 Maret 2023 | 15:30 WIB

3 Pesan Utama Memajukan Pendidikan dari Wapres dan para Tokoh di Rakernas LPTNU

Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (kedua dari kiri) saat pembukaan Rakernas LPTNU di Medan, Sumatera Utara, Rabu (8/3/2023). (Foto: dok panitia)

Medan, NU Online

Tuntas sudah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Diselenggarakan oleh LPT Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Rakernas ini dihadiri 1.000 pimpinan, guru besar, dan civitas akademika NU se-Indonesia.


Acara yang dibuka Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf; dihadiri Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Menteri Sekretaris Negara Prof Pratikno; Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Prof Yudian Wahyudi, serta para Direktur Jenderal, Direktur, dan Pejabat Negara. Tak ketinggalan Wapres KH Ma'ruf Amin menyampaikan pidatonya secara virtual.


Beragam peluang dan tantangan untuk memajukan pendidikan, dibahas dan dicari solusinya dalam Rakernas yang mengambil tema Merawat Jagat, Membangun Peradaban dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini. Mendikbud Rstek Nadiem Makarim menyebutkan, dengan ratusan juta kader dan santri NU yang tersebar di seluruh Indonesia, masalah pendidikan negeri ini bisa diselesaikan bersama-sama.


Selain itu, para tokoh juga memberikan pesan atau kunci utama memajukan pendidikan. Berikut ini adalah 3 pesan kunci untuk kemajuan pendidikan dari Rakernas LPTNU:

1. Kampus perlu menjalin hubungan dengan dunia usaha atau industri

Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mendorong Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama untuk mengembangkan hubungan dan kemitraan dengan dunia usaha atau industri. Menurut Wapres, hal itu agar keduanya dapat maju bersama dengan mengembangkan sumber daya dan potensi lokal di tiap-tiap daerah lokasi PTNU.


Senada, Menteri Sekretaris Negara Pratikno juga menyebutkan bahwa kolaborasi dengan dunia usaha atau industri, akan mengakselerasi pengembangan Perguruan Tinggi NU. Pratikno menilai, keuangan negara maupun lembaga NU pastinya terbatas jika dibandingkan kebutuhan pendidikan yang sangat besar.


"Menjadi rektor itu manajer, bukan scholar, dan harus memikirkan uangnya (untuk pengembangan pendidikan tinggi) itu dari mana. Ini tidak bisa didekati (diselesaikan) dengan cara-cara yang biasa. Mau tidak mau harus konsolidasi (hubungan dunia usaha atau industri dengan kampus)," ungkap Pratikno.


2. Manfaatkan jutaan santri dan diaspora Nahdlatul Ulama

Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan bahwa ada jutaan santri Nahdlatul Ulama tersebar di dalam bahkan di luar negeri sebagai diaspora. Mereka sudah puluhan tahun berpengalaman di dunia pendidikan tinggi, serta memiliki peringkat penelitian (h-index). 


Orang-orang ini bisa diundang pulang ke Indonesia atau pulang ke Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama, setidaknya setelah pensiun. Karena di luar negeri pada umumnya dosen sudah pensiun di usia 56 tahun.


Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf juga menyatakan bahwa banyaknya santri, diaspora, dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di bawah naungan NU perlu dipersatukan menjadi satu sistem dalam membangun kekuatan bersama sehingga dapat mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan.

 

"Bagaimana mengonsolidasikan lembaga-lembaga yang ada itu menjadi satu sistem sehingga bisa bergulat sebagai kekuatan bersama, dalam akumulasi kekuatan bersama dalam mencapai sasaran-sasaran yang lebih strategis," tegas Gus Yahya.


3. Kuasai dan manfaatkan kemampuan digital
Lebih dari 400.000 mahasiswa di 2.700 kampus se-Indonesia telah mengikuti Program Kampus Merdeka yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan. Banyak diantaranya merupakan santri NU maupun mahasiswa dari Perguruan Tinggi NU, misalnya Universitas NU Surabaya dan Universitas NU Yogyakarta. Melalui Kampus Merdeka, mereka belajar banyak hal terkait teknologi digital di perusahaan terkemuka hingga startup unicorn.


Hal ini diungkapkan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim di Rakernas LPTNU. Dampaknya, para santri peserta Kampus Merdeka secara rata-rata memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibanding alumni yang tidak mengikuti program Kampus Merdeka. Waktu tunggu untuk mencari kerjanya pun lebih cepat.


Pemanfaatan teknologi juga harapannya dikuasai dan dimanfaatkan untuk mengelola administrasi kampus NU. Hal ini diungkapkan Imas Maesaroh PhD, Kepala TIPD UIN Sunan Ampel Surabaya (2018-2022) sekaligus Peneliti SEVIMA Platform, di Pameran Rakernas.


"Ada berbagai tantangan Pendidikan Tinggi yang kita hadapi seperti meraih akreditasi himgga mencari mahasiswa baru. Teknologi bisa menyelesaikan masalah ini. Disebutkan dalam QS Ar-Rahman Ayat 33: Inis tata'tum an tanfuzuu min aqtaaris samaawaati wal ardi fanfuzuu; Jjika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi, untuk menembus langit di abad kedua NU," pungkas Imas.


Editor: Kendi Setiawan