Nasional

8 Ribu Jamaah Indonesia Telah Berangkat Umrah, Nol Kasus Covid-19

Rab, 2 Februari 2022 | 20:51 WIB

8 Ribu Jamaah Indonesia Telah Berangkat Umrah, Nol Kasus Covid-19

Masjidil Haram. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief mengatakan jika sampai saat ini, Indonesia telah memberangkatkan 8 ribu lebih jamaah umrah sejak 8 Januari 2022. Keberangkatan jamaah umrah Indonesia sendiri sudah berlangsung hampir satu bulan.


Dari jumlah tersebut menurutnya tidak ditemukan kasus jamaah umrah positif Covid-19. Kondisi ini menurutnya menjadi poin penting bagi Kementerian Luar Negeri RI, melalui perwakilannya di Arab Saudi,  untuk berdiplomasi dan melakukan negosiasi terkait kemungkinan dihapusnya keharusan karantina institusional bagi jamaah umrah.


Hilman mengungkapkan bahwa pihaknya beberapa waktu telah berkunjung ke Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia. Selain membahas penyelenggaraan ibadah haji, dia juga menyampaikan harapan agar kebijakan karantina institusional di Arab Saudi bisa dihapus.


“Mudah-mudahan harapan tersebut dapat segera terwujud dengan adanya kartu vaksinasi Covid yang diterbitkan oleh Kemenkes dan integrasi antara aplikasi pedulilindungi dengan tawakalna,” ujarnya dalam keterangan persnya, Rabu (2/2/2022).


Lebih lanjut Hilman mengatakan, pihaknya juga telah menggelar evaluasi bersama lintas kementerian dan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan ibadah umrah.


“Skema One Gate Policy (OGP) pemberangkatan jamaah umrah dinilai baik dan berhasil dengan tidak adanya kasus jamaah positif saat berangkat dan tiba di Arab Saudi,” terangnya.


Menurutnya, skema OGP akan tetap dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No 1332 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi Covid-19. Adapun untuk pelaksanaan screening kesehatannya, bisa dilakukan di asrama haji atau hotel. “Pelaksanaan di asrama haji agar menjadi standar dan pola penanganan jamaah sebelum keberangkatan umrah di hotel-hotel,” tegas Hilman.


Terkait karantina kepulangan, rapat menyepakati sejumlah masukan penting bagi PHRI dan hotel yang menjadi tempat karantina kedatangan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), termasuk jamaah umrah. Masukan itu antara lain agar pihak hotel memperhatikan variasi dan kecukupan menu makanan bagi jamaah umrah.

 

Hotel juga diminta melakukan standardisasi fasilitas, sarana, dan prasarana di dalam kamar agar jamaah merasa aman, nyaman, dan tetap dapat memelihara kesehatannya selama masa karantina dengan memperhatikan sirkulasi udara, ruang gerak penghuni kamar, dan kecukupan sinar matahari.


“Hasil evaluasi juga mendorong pihak hotel untuk mengatur flow pergantian antar penghuni kamar agar tidak terlalu dekat antara penghuni yang masuk dengan yang keluar dengan tetap memperhatikan higienitas kamar,” papar Hilman.


“Kami dalam waktu dekat ini akan mengundang hotel-hotel tempat screening kesehatan dan karantina untuk mengkoordinasikan SOP dan teknis pelaksanaan karantina bagi jamaah umrah,” sambungnya.


Hilman meminta seluruh PPIU untuk memastikan sudah memiliki jaminan pemesanan (booking) kamar hotel untuk karantina kepulangan bagi jamaah umrahnya, sejak saat keberangkatan mereka. Hal ini penting agar tidak terjadi kasus jamaah terlantar karena menunggu kepastian tempat karantina.


Pihaknya dan elemen terkait haji juga menyepakati kemungkinan dilakukannya Tes PCR pembanding dengan mengikuti ketentuan dan dikoordinasikan melalui KKP dengan mengisi formulir yang telah ditentukan. “Tes PCR pembanding hanya dapat dilakukan untuk exit test PCR dan dilaksanakan oleh laboratorium/rumah sakit milik pemerintah,” jelasnya.


Terkait kemungkinan digunakannya bandara selain Soekarno-Hatta untuk pemberangkatan dan pemulangan jamaah umrah, Hilman mengatakan bahwa hal itu merupakan kewenangan Satgas Nasional Penanganan Covid-19. Sebab, pembukaan akses kedatangan warga dari luar negeri ke Indonesia juga berkaitan dengan kesiapan fasilitas bandara dan sarana karantinanya.


“Kementerian Agama akan bersurat ke BNPB untuk mengusulkan pembukaan bandara di kota lainnya sebagai tempat pemberangkatan dan pemulangan jamaah umrah dalam rangka mengantisipasi penumpukan dan over load Bandara Soekarno Hatta,” katanya.


Editor: Muhammad Faizin