Nasional

Ada Jamaah Kelahiran 1908, Ini Pesan Dirjen PHU kepada Para Petugas Haji

Sen, 6 Maret 2023 | 11:30 WIB

Ada Jamaah Kelahiran 1908, Ini Pesan Dirjen PHU kepada Para Petugas Haji

Dirjen PHU Kemenag, Hilman Latief. (Foto: Tangkapan layar YouTube)

Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Dirjen PHU Kemenag), Hilman Latief, menyebut bahwa berdasarkan data yang diterima, masih ada jamaah haji yang berumur di atas 100 tahun. Bahkan, ia menyebut ada data jamaah kelahiran tahun 1908 yang akan diverifikasi dan divalidasi oleh pihaknya.


“Kami mendapatkan laporan yang usianya di atas 100 tahun itu masih ada. Ada yang 106, ada yang 103. Ada yang kemudian masih kita verifikasi ada yang kelahirannya tahun 1918, ada juga yang datanya 1908,” ungkapnya dalam podcast Ngobrolin Persiapan Haji 2023 bersama Dirjen PHU yang ditayangkan di kanal YouTube Kemenag, Ahad (5/3/2023).


Semua ini menunjukkan bahwa pelaksanaan haji pada 2023 menjadi pekerjaan berat terkait layanan dan pendekatan terhadap para lansia dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, para petugas haji tahun ini benar-benar ditekankan agar menghormati dan melayani para lansia supaya ibadah mereka berjalan lancar.


“Para lansia itu sebagai orang-orang yang sudah paripurna hidupnya, sudah membesarkan anaknya, mendidik anak-anaknya, menyekolahkan sampai bisa bekerja sampai mencari di mana-mana. Satu hal yang sedang mereka tunggu (dan jadi cita-citanya) saat ini adalah melaksanakan ibadah haji,” ungkapnya.


Terkait hal ini, Kementerian Agama pun mengusung tagline Haji Ramah Lansia pada tahun ini. Pihaknya terus membangun kesadaran di kalangan jamaah dan petugas serta pengambil kebijakan bahwa tahun ini memang spesial dan akan memberikan layanan terbaik yang memudahkan jamaah haji untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya.


Mulai saat keberangkatan dari rumah menuju embarkasi akan didata kondisi dan ebutuhan jamaah secara detail khususnya para lansia dan jamaah yang masuk kategori risiko tinggi (Risti).


“Kementerian Agama masih mendata berapa orang yang membutuhkan kursi roda, berapa orang yang menggunakan tongkat, berapa orang yang sudah punya kebiasaan jalan kaki jauh, dan berapa orang yang hanya tinggal di rumah dalam beberapa waktu terakhir, dan hanya bisa jalan kaki dalam jarak dekat saja,” ungkapnya.


Termasuk juga dalam penempatan jamaah, pihaknya akan mempertimbangkan kondisi hotel dan mengingatkan untuk tidak menggelar pertemuan di lantai atas terlebih jika tidak ada fasilitas lift.


“Begitu turun dari bus sudah teridentifikasi butuh kursi roda berapa, petugas sudah sigap untuk mengantarkan mereka turun dari bus sampai ke kamar atau ke tempat pertemuan,” jelasnya.


Menurut dia, sempat muncul wacana untuk memberi peluang lansia untuk mendapatkan pendamping khusus dari keluarga yang masih kuat fisiknya. Namun, hal ini akan berdampak pada antrian jamaah haji.


“Karena jumlahnya terlalu banyak kalau kita membuat kebijakan seperti itu, maka akan ada 30.000 orang setidaknya yang akan terlempar antriannya,” kata Hilman mengungkapkan konsekuensinya.


Penguatan Komitmen dan Sikap Petugas Haji
Menyikapi kondisi ini, maka Kemenag terus melakukan penguatan komitmen dan kinerja petugas dengan memaksimalkan edukasi dan cara berpikir petugas tentang cara melayani para lansia. Termasuk cara berbicara kepada lansia, cara mempersilahkan, cara melayani, dan segala hal terkait sikap petugas.


Untuk menghadapi kondisi ini, Kemenag mengajak seluruh jamaah dan petugas untuk mengedepakan kebersamaan, saling tolong-menolong, dan peduli terhadap sesama. Mekanisme dan proses peribadahan pun diarahkan kepada praktik yang sederhana. Misalnya, melakukan manasik yang menyesuaikan kondisi jamaah lansia serta manajemen waktu dan tenaga agar mereka bisa berhaji dengan lancar.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori