Nasional

Agar Bencana Tak Terulang-ulang, LPBI NU Ajak Semua Elemen Belajar dari Pengalaman

Sab, 19 Desember 2020 | 01:30 WIB

Agar Bencana Tak Terulang-ulang, LPBI NU Ajak Semua Elemen Belajar dari Pengalaman

Ilustrasi: Bencana (Foto: LPBINU)

Jakarta, NU Online
Semua daerah berpotensi mengalami bencana alam yang dipengaruhi oleh buruknya infrastruktur lingkungan dan rendahnya kesadaran masyarakat. Bencana-bencana yang kerap menelan korban jiwa tersebut seharusnya sudah dapat dikendalikan karena bukan kali pertama menimpa masyarakat.


Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Ali Yusuf menuturkan, bencana alam akan selalu ada dan menghampiri masyarakat.


Tetapi, bencana alam tersebut sangat mungkin dapat dikendalikan degan baik bahkan tidak memberikan dampak buruk tergantung ada tidaknya respons dan penanganan serta penanggulangan yang dipelopori oleh pemerintah dan masyarakatnya.


“Bencana alam itu akan terus berulang, itu kata kuncinya. Tergantung bagaimana ke depan kita mampu mengantisipasi dan merespons sekaligus menangani,” kata Ali Yusuf kepada NU Online, Jumat (18/12).


LPBI menilai tidak ada pelajaran yang ditindak lanjuti dari kejadian bencana yang sebelumnya terjadi. “Harusnya itu (bencana sebelumnya) menjadi pelajaran,” kata dia.


Misalnya, tahun lalu terjadi banjir di lingkungan kita, saat itu pula dicari penyebabnya. Sebut saja banjir itu diakibatkan karena drainase yang buruk. Maka, masyarakat dan pemerintah setempat terus berkoordinasi sekaligus melakukan aksi nyata dalam rangka memperbaiki drainase tersebut. Sehingga di tahun berikutnya, tidak ditemukan lagi masalah banjir yang disebabkan oleh drainase.


“Apapun alasannya harusnya tidak terulang lagi,” tutur Ali Yusuf menegaskan.


Dia menyebut faktor yang mempengaruhi kenapa bencana itu terus terulang karena kesadaran masyarakatnya dan pemangku kepentingan yang masih rendah. Sikap yang dimunculkan baru sebatas responsif yaitu melakukan penanggulangan ketika sudah terjadi. Idealnya, masyarakat dan pemerintah melakukan pencegahan dini secara bersama-sama.


“Kalau kita nunggu kejadian, capek kita,” tuturnya.


Jika pola gerakannya seperti ini, hanya akan menguras tenaga dan anggaran pemerintah terbuang sia-sia. Akhirnya, setiap tahun harus menganggarkan keuangan dengan jumlah yang tinggi agar bencana yang nanti tiba bisa direspon.


“Harusnya kalau sudah terjadi ke depan itu harus bisa diantisipasi,” ujarnya.


LPBI mendorong seluruh elemen bangsa kembali meningkatkan kesadaran terhadap pencegahan kebencanaan serta dilakukannya penanggulangannya. Dia optimis dengan langkah antisipasi tersebut maka bencana yang kerap muncul bisa dikendalikan.


Saat ini saja di beberapa daerah telah terjadi banjir, longsor dan bencana alam lain disebabkan oleh tidak adanya kesadaran masyarakat terhadap masalah-masalah ekologi.


Data di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut 2.841 bencana alam terjadi di Indonesia sejak 1 Januari hingga 16 Desember 2020. Paling banyak banjir yaitu mencapai 1.033 kejadian dan puting beliung serta tanah longsor.


Atas peristiwa ini, LPBI PBNU dan NU Care-LAZISNU telah menerjunkan relawan melalui kepengurusannya di level provinsi dan kabupaten/kota. Mereka ditugaskan membantu masyarakat terdampak bencana alam di sejumlah daerah. PBNU telah berkomitmen terus membantu masyarakat keluar dari masalah kebencanaan dengan berusaha sekuat tenaga.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muhammad Faizin