Ridwan
Kontributor
Makassar, NU Online
Jenazah Anregurutta KH (AGH) Sanusi Baco rencananya akan dimakamkan di kampung halamannya di Talawe, Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Ahad (16/5).
Â
Sebelum itu, jenazahnya akan dishalatkan usai salat Dzuhur di Masjid Raya Makassar, kemudian ke tempat pemakaman.
Â
"Almarhum akan dimakamkan di kampung halaman beliau di Talawe Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, pas di belakang rumah orang tua Anregurutta," kata Wardy Siradj, Humas Kemenag Sulsel, Sabtu (15/5) malam.
Â
Saat ini, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka di Jalan Kelapa 3 nomor 31 Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Dan telah berlangsung pembacaan tahlilan.
Â
"Dan sedang dilangsungkan Tahlilan yang dipimpin oleh DRÂ KHÂ Muammar Bakri, Imam Besar Al Markaz Al Islami Makassar yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar," ungkapnya.
Â
Ia menuturkan beberapa tokoh tampak datang melayat di rumah duka. Di antaranya Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam, Kakanwil Kemenag Provinsi Sulsel, HÂ Khaeroni, para ulama dan Pengurus Nahdlatul Ulama Sulsel. Selain itu beberapa tokoh lainnya dari berbagai kalangan.
Â
"Jalan masuk ke arah kediaman almarhum saat ini ditutup oleh Pihak Kepolisian dan Satpol PP serta sejumlah Banser NU Sulsel," tuturnya.
Â
Anregurutta KH Sanusi Baco meninggal dunia di RS Primaya (dulu Awal Bros) Makassar sekitar pukul 20.00 WITA padaSabtu 15 Mei 2021.
Â
Ketua Majelis Ulama (MUI) Sulsel dan Rais Syuriyah PWNU Sulsel itu meninggal dunia pada usia 84 tahun. Almarhum dikenal sebagai ulama kharismatik.Â
Â
AGH Sanusi Baco juga merupakan pendiri sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang, Maros, Sulawesi Selatan.
Â
Mata air hikmah
Salah satu alumnus Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Soreang, Maros, M Fadlan L Nasurung menceritakan setiap kali memberi tausiyah, AGH Sanusi Baco seringkali mengulang-ulang apa yang telah pernah disampaikan di banyak ceramahnya.Â
Â
"Saat masih mondok di pesantren hingga terakhir mendengar ceramah beliau (secara langsung) awal April 2021 yang lalu. Apa yang disampaikannya itu-itu sahaja. Bahkan jamaah bisa jadi telah pula mendengarnya berulang-ulang. Namun semua tetap saja menanti dengan khusyuk untaian kata demi kata yang keluar dari mulut Gurutta, meski telah mengetahuinya," kata Fadlan.
Â
Akan tetapi, kata dan kalimat yang persis sama di waktu dan kesempatan yang berbeda, selalu menghadirkan kesan yang baru dan berbeda. "Ibarat meneguk segarnya air jernih lagi bening saat dahaga menghampiri. Meminumnya berulang-ulang, tetapi dengan rasa yang tak pernah sama, selalu membawa kenikmatan (ruhani)," lanjut Fadlan.
Â
"Lisannya mata air hikmah yang membawa kesejukan dan keteduhan. Itulah salah satu karamah Anregurutta' Sanusi Baco. Apakah Anda mengalami hal yang sama? Lahul Fatihah," tutup Fadlan.
Â
Kontributor: Ridwan
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
PBNU Tunjuk Ali Masykur Musa Jadi Ketua Pelaksana Kongres JATMAN 2024
2
Ulama Sufi Dunia Syekh Muhammad Hisham Kabbani Wafat dalam Usia 79 Tahun
3
Ricuh Aksi Free West Papua, PWNU DIY Imbau Nahdliyin Tetap Tenang dan Tak Terprovokasi
4
GP Ansor DIY Angkat Penjual Es Teh Sunhaji Jadi Anggota Kehormatan Banser
5
Khutbah Jumat: Meraih Keselamatan Akhirat dengan Meninggalkan 6 Perkara
6
Lantik 4 Rektor Perguruan Tinggi NU, Waketum PBNU: Tingkatkan Kualitas Pelayanan Akademik
Terkini
Lihat Semua