Nasional

Ajaklah kepada Jalan Tuhan melalui Medsos dan NU Online

Kam, 13 Juli 2017 | 11:00 WIB

Jakarta, NU Online 
Untuk berbicara tentang dakwah, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj memulai dengan penjelasan khatir (hal yang terlintas). Menurutnya, khatir ada beberapa macam, yaitu khatir rabbani, malaki, syatani, hawai. Khatir rabbani berasal dari Allah. Khatir inilah yang membuka kepada kebenaran. 

“Kedua, khatir malakuti, datang dari malaikat, kadang khatir ini masih memiliki keraguan. Khatir syaithani, mengajak kita kepada yang salah. Sementara khatir hawa’i atau nafsani, berada dalam diri kita sendiri atau hawa nafsu, hedonistik, birahi,” katanya. 

Semua khatir itu akan jadi khawatir dan akan meningkat menjadi kebenaran yang dilewati melalui dzauq atau intuisi. Sementara dzauq itu lebih tinggi daripada aqal.

“Aqal sebagai kata benda di Al-Qur’an tidak ada, adanya kata kerja, ya’qilun. Artinya aqal merupakan operasional dari dzauk itu tadi,” katanya pada Halal Bihalal dan Sarasehan Netizen NU di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Rabu (12/7) sore.  

Maka, lanjut kiai yang pernah nyantri di Kempek, Lirboyo, dan Krapyak dan 13 studi di Ummul Qurra, Arab Saudi itu, kebenaran dzauq itu lebih tinggi daripada aqal atau logika, dengan syarat perilaku orangnya juga bagus. Ketika orangnya tidak bagus, akan menjadi hawa nafsu, dari syetan. 

Kebenaran melalui dzauq, jelasnya, ada yang berupa ilham, naik menjadi ilmu laduni, naik lagi menjadi al-quwwatul mutakhayalah atau kekuatan yang mampu mengimajanasi tentang kebenaran. Inilah yang dimiliki para nabi atau aqal yang diterima dari aqal fa’al atau aqal aktif. Aqal fa’al diterima dari aqal kulli atau universal. Aqal kulli dari wujud yang mutlaq.  

“Saya ingin mengatakan, intuisi lebih universal, lebih membawa kebenaran daripada aqal, daripada logika. Puncaknya dari intuisi itu adalah wahyu. Wahyu itu dari dzauq, bukan dari aqal. Ilham, ilmu laduni, al-quwwatul mutakhayalah, wahyu puncaknya. Sebuah kebenaran diambil dengan perangkat yang halus. Aqal itu masih kasar karena menggunakan logika. Jika menggunakan dzauq, ini sudah menggunakan perangkat halus, atau software,” jelasnya. 

Menurut dia, dzauq pasti akan membawa kita kepada kebenaran universal dan di situlah kita bisa berbuat banyak untuk dakwah. 

“Ud’u ila sabili rabbika bilhikmah, ay bil medsos, tafsirnya saya”; wal mauidhatil hasanah, dengan redaksi menarik atau NU Online,” katanya. (Abdullah Alawi)