Nasional

Alissa Wahid Ingatkan Potensi Perpecahan Keluarga Akibat Politik

Jum, 1 Desember 2023 | 18:00 WIB

Alissa Wahid Ingatkan Potensi Perpecahan Keluarga Akibat Politik

Ketua PBNU, Hj Alissa Wahid saat mengisi sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) sebelum pembukaan Rakernas IPPNU di Asrama Haji Embarkasi, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/12/2023) siang. (Foto: NU Online/Haekal)

Bekasi, NU Online

Tensi tinggi akibat pilihan politik terjadi menjalang tahun politik 2024 mendatang. Warga Nahdlatul Ulama harus menjaga kerukunan sejak dari tataran paling kecil yaitu lingkup keluarga.


Imbauan moral tersebut disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hj Alissa Wahid. Dia mengingatkan jangan sampai ada perpecahan dalam keluarga akibat pilihan politik yang berbeda. Ia menegaskan bahwa kerukunan dalam keluarga adalah hal penting.


"Harta yang paling berharga adalah keluarga, jangan sampai urusan beda politik membuat keluarga menjadi berantakan," katanya kepada NU Online selepas sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) sebelum pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) di Asrama Haji Embarkasi, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jumat (1/12/2023) siang.


Putri sulung KH Abdurrahman Wahid itu berujar bahwa perbedaan dalam pilihan politik adalah hal yang lumrah. Sehingga kerekatan anggota keluarga harus dijalin dengan baik sehingga menimbulkan kesetiaan dan kekompakan dalam lingkup rumah tangga.


"Jadi beda pilihan tidak apa-apa, yang penting hubungan keluarga harus tetap setia," tegasnya.

 

Saat sosialisasi GMKNU, Alissa menjelaskan tentang cara memilih calon pemimpin di pemilu 2024. Dia menekankan untuk memilih calon pemimpin yang memiliki integritas dan kompetensi.


"Untuk mendapatkan kepercayaan dari publik ada dua yaitu kredibilitas, komponen utamanya ada dua yaitu karakter dan kompetensi. Kalau karakter meliputi integritas dan i'tikad, kalau kompetensi meliputi kapabilitas dan kinerja," jelasnya.


Alissa bercerita, saat ini banyak baliho-baliho yang mengatasnamakan suatu visi. Misalnya kepemudaan, menurut Alissa jika calon pemimpin tersebut memiliki karakter dan kompetensi yang baik maka akan suka rela dipilih. Jika sebaliknya, maka dirasa banyak kekeliruan sehingga tidak patut untuk dipilih.


"Kalau ada caleg (calon legislatif) yang dia selama ini tidak pernah aktif dalam kepemudaan terus tiba-tiba balihonya 'bersama pemuda jayakan Indonesia'. Teman-teman reaksinya bagaimana? Halah, mentang-mentang. Atau tiba-tuba ada caleg deketin kita, bagaimana? Harga kita tidak bisa dinilai dengan angka tapi dengan komitmen," ungkapnya.


Hindari Kebencian

Di lain kesempatan, Alissa Wahid juga mengimbau agar seluruh warga Indonesia dapat menjauhi ujaran-ujaran kebencian akibat perbedaan pilihan politik saat pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang.


"Jangan ikut ajakan kebencian yang dilontarkan, terutama oleh politisi. Itu penting banget, karena para politisi itu sedang menjual dirinya sendiri. Kalau ada politisi yang menjelekkan kandidat-kandidat lain, kita harus lari dari politisi itu," kata Alissa.


Alissa mengingat warga NU untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap politik uang yang biasanya dilakukan oleh politikus menjelang hari pemilihan.


"Politik uang itu sekilas enak-enak saja, kita bisa ngambil semuanya tanpa kita punya kewajiban untuk memilih orang itu. Tapi tetap saja itu kan jangka panjangnya merugikan kita sebagai bangsa," pungkas Alissa.