Nasional

Aneksasi Jadi Persoalan Inti dari Konflik Palestina dan Israel

Sen, 24 Mei 2021 | 13:00 WIB

Aneksasi Jadi Persoalan Inti dari Konflik Palestina dan Israel

Ilustrasi aksi damai untuk Palestina dan Israel. (Foto: Pinterest)

Jakarta, NU Online

Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Ahmad Suaedy menyebut bahwa aneksasi menjadi persoalan paling inti dari konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel. Hal ini terlepas dari problem politis yang melatarbelakangi konflik itu.Ā 


ā€œJadi harus berbeda antara masalah yang substansial dan hakiki, yakni adanya penjajahan (aneksasi) dan penjarahan terhadap tanah Palestina dan memaksa membangun permukiman. Itu adalah pelanggaran substansial dan masalah,ā€ kata Suaedy, dikutip NU Online dari kanal Youtube TV9, Senin (24/5).Ā 


Sementara di pihak Palestina, ada kelompok pejuang bernama Hamas yang juga melakukan kekerasan kepada Israel. Namun itu persoalan yang lain dan tidak menjadi substansi permasalahan dari konflik yang sedang berlangsung.Ā 


ā€œJadi kita bisa mengritik Hamas, bisa mengritik orang yang melakukan kekerasan. Tapi substansi penjajahan dan penjarahan itu tidak bisa dilupakan. Jadi harus berbeda. Kita bisa mengritik Hamas, tapi tidak berarti kita mengabaikan posisi Palestina yang punya hak untuk merdeka,ā€ terang Suaedy.


Saat ini pun, Palestina sebenarnya sudah merdeka sekalipun terdapat beberapa negara yang tidak mengakui kemerdekaannya seperti Amerika dan negara-negara di barat. Meski begitu, kata Suaedy, Palestina belum menjadi negara merdeka yang normal sebagaimana yang lain.


ā€œKarena Palestina tidak boleh punya angkatan bersenjata, padahal semua negara kan boleh atau harus punya angkatan bersenjata. Jadi mereka harus menjadi negara normal, sebagaimana negara lain. Boleh mempertahankan diri dan membangun angkatan bersenjata,ā€ tuturnya.


Di samping itu, Suaedy mengapresiasi peran Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj yang selama ini menyuarakan kemerdekaan Palestina serta membangun komunikasi intens dengan pihak Kedutaan Besar Palestina di Indonesia.


Peran penting yang dilakukan itu, diharapkan mampu diperluas sebagaimana yang telah dilakukan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) semasa hidup, saat dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Palestina.Ā 


ā€œPBNU itu sangat penting perannya. Tentu kemanusiaan itu menjadi basis. Tapi nanti mungkin pelan-pelan bisa menjadi mediator seperti dilakukan oleh Gus Dur waktu itu ya,ā€ harap Suaedy.Ā 


Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat (PP) NU Care-LAZISNU H Achmad Sudrajat menuturkan bahwa konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung puluhan tahun itu telah menjadi sejarah kelam bagi kemanusiaan di Timur Tengah.


Ia melihat perseteruan antara kedua negara itu sebagai konflik kemanusiaan yang tidak masuk pada problem politik yang melatarbelakanginya. Sebab menurut Sudrajat, semua pihak akan memiliki pemahaman yang sama jika melihat konflik itu dengan perspektif kemanusiaan.


ā€œKarena itu juga, dalam konteks kampanye kemanusiaan ini, kami lebih kepada moderasi pemikirannya. Artinya tidak memperkeruh untuk menambah kegoncangan-kegoncangan. Sebaiknya kita menjadi solusi alternatif untuk mempertemukan dua sisi yang berbeda melalui kegiatan kemanusiaan,ā€ kata Sudrajat.


ā€œMemang perlu langkah-langkah strategis untuk mempertemukan ini karena dua kutubnya sangat berbeda sekali. Tetapi kami meyakini betul bahwa cepat atau lambat, pasti akan ada satu titik kebersamaan yang kita tinjau dari perspektif kemanusiaannya,ā€ katanya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni AHmad