Nasional

Ayep Zaki Buka Bermacam Usaha untuk Kemanfaatan Banyak Orang

NU Online  ·  Rabu, 28 November 2018 | 14:15 WIB

Dunia terus berkembang secara cepat. Saat ini, zaman sudah masuk revolusi industri 4.0. Hal ini tak luput dari perhatian seorang saudagar Nusantara asal Sukabumi, Ayep Zaki. Kesuksesannya di bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) tak membuatnya puas berhenti di satu bidang. Sebab, ia memiliki keinginan untuk berbuat lebih manfaat kepada banyak orang.
 
“Kita berusaha untuk bukan hanya diri kita, tapi saudara kita dan umat yang lainnya," katanya di kantor NU Online, Gedung PBNU Lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (19/11).
 
Artinya, usaha yang ia lakukan dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat luar di samping juga keuntungannya yang dapat dimanfaatkan oleh warga lain yang membutuhkan. Sebagai makhluk sosial, ia merasa bahwa hidup tidak bisa sendiri. Ia yakin sekali bahwa Allah Swt akan terus memberi jika pengetahuannya terus dibagi. Maka, ia tak membiarkan ilmunya menganggur.
 
Saat ini, anggota Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) itu mulai mengembangkan usaha di bidang cripto currency, trading, dan stratup blockchain. Perambahan ke sana karena ia enggan tertinggal dari kemajuan dunia global. Generasi milenial sudah masuk ke sana sehingga perlu mengakomodasi mereka.
 
Zaki merasa keinginannya berbagi itu membuatnya tak berhenti mengembangkan usahanya. Beberapa kali ia dipertemukan dengan para ahli yang membuka jalan usaha baru baginya. Ahli startup, misalnya, mengantarkannya untuk mengembangkan usaha di bidang itu.
 
Lulusan Politeknik Swiss Institut Teknologi (ITB) itu memulai usaha di bidangnya, yakni manufaktur pada tahun 1994. Usahanya dalam pembuatan sparepart itu dilakoninya hingga tahun 2005 sebelum sepenuhnya ia serahkan kepada adiknya.
 
Sejak tanggal 10 Januari 2005, Zaki mulai fokus ke sektor pembangunan UKM. Ia mengawalinya dari Sumatera dan Kalimantan. Setelah itu, ia mulai merambah ke Pulau Jawa, Sulawesi, hingga Papua.
 
UKM yang ia bangun mencakup berbagai sektor, seperti produksi, perdagangan, hingga pengobatan alternatif. Ia bersama beberapa mitranya memproduksi tempe. Saban hari, produksinya saat ini mencapai 21 ton. Perkembangan teknologi juga terus ia pantau guna menegmbangkan industrinya.
 
Di bidang kuliner, ia kembangkan rumah makan khas Sunda di Jawa Barat. Sementara, di bidang pengobatan alternatif, Zaki membuka usaha pijat refleksi dan accupressure yang sudah memiliki hak paten dengan nama Haji Uhud. Semua UKM itu bermitra dengan kepememilikan bersama.
 
Usaha kerasnya yang dimulai sejak muda itu membuahkan penghargaan dari Kementerian Perindustrian. Upakarti ia peroleh saat usianya masih 32 tahun, tepatnya pada tahun 1997.
 
“Penghargaan dari Pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Sukabumi pada bidang logam,” ceritanya.
 
Tahun 1994 sampai 2005, Zaki mengatakan fokus pada bidang logam. "Begitu 2005 kita meninggalkan bidang logam masuk kepada bidang UKM yang lain," katanya.
 
UKM dan Bangun Pendidikan
 
Latar belakangnya di dunia pendidikan mengantarkannya untuk juga mengembangkan sektor yang pernah ia geluti sebagai tenaga pengajar itu. Perekonomian yang telah dibangunnya diperuntukkan pendidikan. Sebaliknya, pendidikan yang ia bangun juga untuk ekonomi.
 
“Pendidikan men-support ekonomi dan ekonomi men-support pendidikan,” tutur Zaki.
 
Ia mendirikan Yayasan Pembina Pendidikan Doa Bangsa (YPPDB) pada Juni 2010. Mulanya mendirikan Lembaga Kursus dan Pendidikan (LKP) di Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Tak berhenti di situ, ia pun mendirikan tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 16 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) meliputi Taman Kanak-kanak (TK),  Kelompok Belajar (Kober), dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
 
“Untuk membangun perekonomian ini harus dibangun lembaga pendidikannya,” terangnya.
 
Sekolah-sekolah itu dibangun di daerah yang terdapat UKM binaannya. Hal itu guna memberikan subsidi bagi sekolahnya. Di samping itu, persebaran UKM juga guna jadi contoh di wilayahnya.
 
“Sengaja UKM disebar karena mau memberi contoh di seluruh wilayah, kalaulah sangat efektif untuk pembangunan pendidikan itu mudah-mudahan bisa juga direspons oleh masyarakat sekitar,” jelasnya.
 
Lulusan SMA dan SMK yang ia bangun tidak dibiarkan menganggur begitu saja. Mereka diarahkan untuk berusaha atau mendapat akses bekerja di UKM binaannya. Selain itu, ia juga memberikan beasiswa kepada 90 lulusan SMA dan SMK itu kuliah hingga selesai di berbagai perguruan tinggi dalam negeri, hingga ke luar negeri.
 
"Doa bangsa menjadi induk semang untuk seluruh lulusan yayasan," ujarnya.
 
Saudagar yang memiliki 260 UKM itu tentu saja menemui banyak kendala. Dua hal yang paling ia soroti adalah kurangnya komitmen dan kompetensi mitranya. Karenanya, ia menghadirkan 20 penyuluh kepada mitra-mitranya itu. “Dibangun dengan menghadirkan penyuluh. Ada 20 penyuluh,” katanya.
 
Karena kendala integritas itu, tahun 2010 ia mendirikan forum komunikasi demi memajukan UKM. Ia siap bermitra dengan siapa saja yang berkomitmen. Bergabungnya ke HPN karena komitmen bersama membangun umat mengingat tersebarnya NU di seluruh Indonesia
 
“Siapa saja Nahdliyin yang siap kita cari bersama," tegasnya. (Syakir NF/Kendi Setiawan)