Nasional

Balitbang Kemenag RI Sebut Pesantren Sebagai Penawar Ekstremisme

Ahad, 6 Maret 2016 | 00:05 WIB

Semarang, NU Online
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Latihan (Balitbang dan Diklat) Kementerian Agama H Abdurrahman Mas’ud menyampaikan kuliah umum seputar Isu Aktual Kontemporer yang Mengancam NKRI di Pascasarjana UIN Walisongo, Semarang, Jumat-Sabtu (4-5/3). Ia mengawali pembahasan tentang keberadaan Indonesia di era kampung dunia (globalisasi).

“Banyak pemahaman dan ideologi yang berkembang pesat masuk ke Indonesia, ada madzhab kanan, kiri dan tengah. Golongan terakhir inilah yang menjadi mayoritas namun mereka menjadi komunitas mayoritas yang diam. Mereka inilah yang menjadi citra Islam di Nusantara ini yaitu smilling Islam, di antaranya Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan pesantren,” kata Abdurrahman.

Namun demikian, paham radikal bukan berarti tidak bisa bergerak. “Radikalisme bisa lahir di mana pun,” kata Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri periode 2001-2005 ini. Radikalisme bisa masuk dalam kurikulum sekolah bahkan di madrasah sekalipun.

“Peredaran ajaran-ajaran ekstrem ini harus dicegah. Namun pada dasarnya pemerintah tidak melarang paham apapun berkembang dan masuk di Indonesia. Yang tidak boleh adalah mendakwahkan ajaran yang meresahkan masyarakat misalnya seperti kasus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar),” katanya.

Balitbang dan Diklat Kemenag RI, menurutnya, lembaga yang menjadi counter ekstremisme sebelum terjadi peristiwa dan setelah terjadi peristiwa. Penelitian terakhir menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penelitan persepsi responden terhadap 80 orang di tiap provinsi. “Indonesia masih memiliki indeks yang stabil dalam kerukunan umat beragama dalam angka 85 % lebih. Hal ini menunjukkan citra positif Nusantara di muka dunia bahwa Indonesia ini masih aman.”

Ia menjelaskan bahwa pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang masih mengajarkan prinsip-prinsip moderasi sebagai counter extremisme. Nilai toleransi, kerukunan, kekeluargaan, kemandirian, dan akhlak mulia menjadi titik tekan pendidikan yang disampaikan pada santri.

Kuliah umum ini menjadi bagian dari pelaksanaan orientasi penerimaan mahasiswa baru pascasarjana UIN Walisongo program magister dan doktoral. (M Zulfa/Alhafiz K)