Nasional

Bangun Bangsa Moderat dan Negara Aman Butuh Kecerdasan

NU Online  ·  Jumat, 17 Mei 2019 | 08:45 WIB

Jakarta, NU Online
Al-Qur'an tidak menyebutkan frasa umat Islam ataupun umat Arab. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu hanya menyebutkan umat moderat, ummatan wasatha.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyebutkan hal tersebut dalam peluncuran buku Ironi Demokrasi karya Abdul Ghopur di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (16/5) sore.

Namun tidak mudah untuk dapat membentuk bangsa yang moderat. Menurutnya, butuh kecerdasan. "Membangun ummatan wasatha butuh cerdas," kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu.

Senada dengan Kiai Said, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai Kusen Al-Cepu juga menyatakan bahwa masyarakat yang cerdas menjadi syarat mutlak untuk membangun negara yang aman. "Jadi syarat mutlak yang tidak boleh ditawar masyarakat harus cerdas," tegasnya.

Buku yang ditulis oleh Abdul Ghopur, menurutnya, merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan umat. Hal itu sesuai dengan konsen NU dan Muhammadiyah dalam memelihara NKRI.

Sebab, baginya, mencederai NKRI dengan menolaknya dan tidak menerima Pancasila mengakibatkan kualat terhadap pelakunya. 

"Kualat sama pendiri kami. Karena itu nggak mungkin orang Muhammadiyah juga anti-NKRI, anti-Pancasila karena NKRI (dan) Pancasila bikinan leluhur kami," ujar pengajar filsafat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Oleh karena itu, ia sepakat dengan Ghopur, penulis buku, bahwa jihad tidak dipahami sebagai perang fisik, qital. Akan tetapi, jihad, menurutnya, adalah sungguh-sungguh.

Maka dalam konteks ini, katanya, Muhammadiyah sejak tahun 2015 jihad konstitusi. Artinya, jihad Muhammadiyah tidak dilakukan dengan pedang, tetapi dengan ilmu.

"Indonesia mustahil akan mencapai negara adil dan makmur, Indonesia juga demokrasinya tidak akan hebat kalau masyarakatnya bodoh," pungkasnya.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Agamawan Romo Franz Magnis Suseno, Pengajar Universitas Moestopo Beragama Paulus Januar, dan CEO Maspion Group Alim Markus.

Hadir pula Sekjen Dokter Bhinneka Tunggal Ika Mariya Mubarika, Ketua Dewan Penasihat Ikatan Alumni Taplai Lemhanas RI-INTI Angkatan 1 2018 Ali Husein, dan Ketua Pusat Generasi Muda Indonesia-Tionghoa (GEMA INTI) Krista Wijaya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)