Jakarta, NU Online
Mustasyar PBNU KH A. Mustofa Bisri mengatakan bahwa kekuasaan Allah tidak bisa ditentang oleh siapa pun. Jika Allah menghendaki sesuatu terjadi, maka terjadilah. Ia menyampaikan hal tersebut saat pengajian rutin Tafsir Al-Ibriz surat Al-Baqarah ayat 137 di pesantrennya, Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.Ā
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Mus, ayat tersebut mengacu kepada sikap Bani Israil tentang nabi akhir zaman. Mereka mengetahui akan ada nabi dan rasul akhir zaman. Namun mereka tak nabi tersebut dari luar keturunan Yahudi.Ā Ā
āTuhan itu Maha Kuasa, Maha Sak Karepe Dewek, cara-cara Jakarta, Maha Semau Gue. Arep bantah karepe Gusti Allah piye. Nek gak seneng ya gak seneng, tapi ra iso bantah Gusti Allah,ā katanya melalui siaran langsung melalui YouTube NU Channel yang diakses NU Online Jumat (26/4). āGusti Allah iki piye, kok nabi akhir zaman bukan dari kelompokku,ā sambungnya.Ā
Menurut Gus Mus, sikap Bani Israil yang demikian itu adalah fanatisme kelompok. Sikap demikian akan menyebabkan orang atau kelompok tersebut kehilangan hilang akal pikirannya (nalar).Ā
Pada pembahasan ayat tersebut, Gus Mus menceritakan saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi presiden RI pada 1999. Padahal waktu itu, kondisi Gus Dur tidak bisa melihat sehingga untuk berjalan saja mesti dituntun putrinya.Ā
Namun, karena kekuasaan Allah, Gus Dur menjadi presiden. Tak ada satu kekuatan pun yang bisa menolaknya.Ā Ā
Gus Mus memulai pengajian tersebut membacakan ayatnya. Kemudian menerjemahkan ayat tersebut per kalimat dengan bahasa Jawa sebagaimana di pesantren-pesantren NU dengan teknik āutawi iku.ā
Perlu diketahui, Tafsir Al-Ibriz merupakan buah tangan dari ayahandanya, KH Bisri Mustofa Bisri. Selain tafsir itu, ia juga mengarang berbagai kitab lain. (Abdullah Alawi)