Nasional

Bertemu PCINU Jepang, Kiai Ma’ruf Ungkap Tiga paradigma Penting bagi NU

Rab, 8 Maret 2023 | 15:00 WIB

Bertemu PCINU Jepang, Kiai Ma’ruf Ungkap Tiga paradigma Penting bagi NU

KH Ma’ruf Amin menerima kunjungan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang di Hotel Mitsui Kyoto, Jepang. (Foto: Wapresri.go.id)

Jakarta, NU Online
Saat menerima Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang di Hotel Mitsui Kyoto, Jepang, Mustasyar PBNU yang juga Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin mengingatkan tiga paradigma penting bagi NU yang mengarah kepada kemaslahatan.


“Ke depan diperlukan pemikiran yang bersifat moderat dari seluruh masyarakat, termasuk PCINU Jepang, berupa gagasan yang sifatnya kearah perbaikan untuk kemaslahatan masyarakat,” jelas Kiai Ma’ruf melalui akun Facebooknya, Rabu (8/3/2023).


“Pemikiran tersebut di antaranya meliputi tiga paradigma NU,” imbuhnya.


Tiga paradigma tersebut pertama adalah al-muhafadhatu 'ala qadimis shalih yakni memelihara yang lama yang masih baik. Kedua adalah wal akhdzu bil jadidil ashlah (mengambil yang baru yang lebih baik).


“Paradigma yang ketiga saya menambahkan al-ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah. Artinya melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan, secara sustainable,” jelasnya.


“Atas dasar paradigma tersebut semestinya NU tidak berhenti setelah melakukan transformasi, tapi harus terus menerus melakukan Inovasi,” ajaknya.


Dalam kesempatan tersebut ia juga menekankan pentingnya moderasi dalam beragama. Terlebih di Indonesia sebagai negara yang majemuk dan mayoritas penduduknya muslim, perbedaan merupakan kekuatan untuk keutuhan sebuah bangsa.


Oleh karena itu, untuk semakin menguatkan kekuatan ini, diperlukan moderasi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam mengimplementasikan paham agama yang berbeda.


“Islam moderat, apalagi NU sebagai penganut Islam yang moderat, yang rahmatan lil alamin. Orang mencari Islam moderat seperti apa. Islam wasathiyah itu sekarang orang mencari, Timur Tengah itu tidak ketemu, ketemunya justru di Indonesia,” ujarnya dikutip dari laman Wapres RI.


Islam wasathiyah atau Islam Moderat merupakan ajaran Islam yang toleran dan memiliki kerangka berpikir tidak terlalu berlebihan tetapi tidak juga statis namun dinamis.


“Jadi cara berpikir statis itu bukan NU. karena itu dibangun lah kontekstualisasi pemikiran persoalan yang dihadapi nasional maupun global,” ungkapnya.


Editor: Muhammad Faizin