Nasional

Bimas Islam Bangun Masjid Ramah Anak dan Disabilitas

Sel, 25 Juni 2019 | 01:15 WIB

Bimas Islam Bangun Masjid Ramah Anak dan Disabilitas

Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin pada Pelatihan Literasi Informasi bahi Geerasi Milenial, Senin (24/6).

Jakarta, NU Online
Indonesia memiliki sekitar 800 ribu masjid. Namun, dari sekian banyak itu, hanya sedikit saja yang ramah dengan anak dan disabilitas.

Karenanya, mulai tahun 2019, Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Muhammadiyah Amin mengungkapkan bahwa telah mencanangkan 10 masjid percontohan.

"Kementerian Agama sudah memulai 10 masjid untuk tahun 2019 ini," katanya saat menjadi narasumber pada Pelatihan Literasi Informasi bagi Generasi Milenial di Aston Kartika Hotel, Jalan Kyai Tapa No 101, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (24/6).

Masjid-masjid tersebut, katanya, sengaja memberikan fasilitas tempat bermain guna menarik minat anak di masjid. "Ada tempat khusus untuk mereka, difasilitasi," katanya.

Dengan adanya fasilitas tersebut, menurutnya, sudah tidak ada alasan untuk melarang anak-anak turut serta ke masjid dengan alasan mengganggu mengingat ada penjaga dalam fasilitas tersebut. "(anak ke masjid) Patut diapresiasi. Jangan melarang anak-anak ke masjid," ujar pria asal Sumatera tersebut.

Ia meminta agar para orang tua dapat mengajak anak-anaknya turut memakmurkan masjid dengan mengajaknya shalat di masjid. "Ajak-ajaklah mereka itu ke masjid," katanya.

Pasalnya, akhir-akhir ini kalangan remaja masjid sudah sibuk dengan dunianya masing-masing sehingga masjid kurang terurus.

Masjid juga, lanjutnya, harus ramah terhadap saudara-saudara kita yang istimewa, yakni masyarakat disabilitas. "Bukan hanya ramah anak tapi juga ramah disabilitas," ungkap mantan rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo itu.

Ia menyatakan bahwa masjid diberikan bantuan kursi roda khusus di dalamnya sehingga tidak ada lagi alasan menolak mereka yang mengalami disabilitas karena kursi rodanya kotor. "Ketika masuk masjid kita gantikan, memang kursi roda yang sudah disiapkan di masjid," ujarnya.

Hal tersebut, lanjutnya, dengan tanpa menafikan tempat wudlu yang dibuat sedemikian rupa agar mereka tidak kesulitan saat mengambil air wudlu.

Di samping itu, fasilitasi disabilitas juga diberikan melalui buku-buku braile, seperti Al-Qur'an dan buku fiqih braile. Ada pula, katanya musabaqah al-Qur'an bagi mereka yang mengalami cacat netra.

Penerima Awards Karya Ilmiah Dosen PTAI 2003 itu juga menjelaskan bahwa Bimas Islam memberikan fasilitas masjid berupa perpustakaan guna meningkatkan literasi masyarakat yang menurut penelitian sebuah lembaga di Amerika Serikat berada di urutan 60 dari 61 negara. (Syakir NF/Kendi Setiawan)