Nasional

Bolehkah Beras Bantuan Dipakai untuk Zakat Fitrah? 

Jum, 14 April 2023 | 16:30 WIB

Bolehkah Beras Bantuan Dipakai untuk Zakat Fitrah? 

Zakat fitrah dengan beras bantuan. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam, baik laki-laki, perempuan, dewasa, maupun anak-anak sebagai bentuk santunan kepada fakir miskin. Zakat fitrah ini dibayarkan maksimal sebelum shalat Idulfitri. 


Ketentuan membayar zakat fitrah merujuk pada Hadits Rasulullah saw: 


‎فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ تَمَرٍ، أوْصَاعاً مِنْ شَعِيْرٍ، عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى، وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأمَرَ بِهَا أنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ الناَّسِ إلى الصَّلَاةِ 


Artinya : “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat Fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas oaring muslim baik budak dan orang biasa, laki-laki dan wamita, anak-anak dan orang dewasa, beliau memberitahukan membayar zakat Fitrah sebelum berangkat (ke masjid) ‘Idul Fitri” (HR Bukhari dan Muslim)


Lantas, bagaimana hukumnya membayar zakat menggunakan beras hasil pemberian zakat?


Wakil Sekretaris Lembaga Bahstul Masail (LBM PBNU) Alhafiz Kurniawan dalam tulisannya ‘Hukum Membayar Zakat Fitrah dengan Beras Sumbangan’ menjelaskan, membayar fitrah dengan menggunakan beras hasil bantuan atau sumbangan, hukumnya boleh. 
 

“Siapapun yang memiliki kelebihan stok makanan pokok berupa beras pada hari raya meski awalnya berasal dari sumbangan orang lain tetap terkena kewajiban zakat fitrah karena itu sudah menjadi miliknya,” jelas Hafiz. 


Hal itu, merujuk pada keterangan Syekh M Hasbullah dalam kitab Riyadhul Badi‘ah halaman 56: 


‎ومنها زكاة الفطر وهي واجبة على من ملك شيئا زائدا على مؤنته ومؤنة عياله ومماليكه ليلة العيد ويومه 


Artinya, “Salah satunya adalah zakat fitrah. Zakat ini wajib bagi orang yang memiliki sesuatu kelebihan di luar pemenuhan kewajiban nafkah atas dirinya, keluarganya, dan budaknya pada malam dan hari id,”. 


Disebutkan juga, seseorang dapat menggunakan stok beras sumbangan tersebut untuk membayar kewajiban zakat fitrah dirinya dan keluarganya dengan mengikuti ketentuan jenis dan takaran yang harus dizakatkan, serta kepada siapa zakat fitrah diberikan.


Kendati demikian, Hafiz mengatakan kewajiban zakat fitrah tetap ditujukan kepada orang yang memiliki rezeki berlebih. 


“Mereka yang tidak memiliki kelebihan harta di luar kebutuhan nafkah untuk dirinya dan nafkah untuk keluarganya pada malam dan hari raya tidak terkena kewajiban zakat. Kewajiban zakat berlaku untuk mereka yang berlebih,” kata dia.  


Demikian termuat dalam keterangan Imam As-Syairazi dalam kitab Al-Muhadzdzab pada Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, juz VI, halaman 61-62, yang berbunyi sebagai berikut: 


‎ولا تجب حتى تفضل الفطرة عن نفقته ونفقة من تلزمه نفقته لان النفقة أهم فوجبت البداية بها ولهذا قال النبي صلي الله عليه وسلم ابدأ بنفسك ثم بمن تعول 


Artinya, “(Zakat fitrah) tidak wajib sehingga ia merupakan kelebihan di luar kebutuhan nafkah dirinya dan nafkah orang yang menjadi tanggungannya karena nafkah lebih penting. Ia semula wajib untuk dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, ‘Mulailah dari dirimu, lalu orang yang kau nafkahi,’”


Selain itu, mengutip penjelasan Imam An-Nawawi pada Kitab Raudhatut Thalibin, Alhafiz juga menjelaskan bahwa orang yang sedang mengalami kesulitan rezeki (mu‘sir) tidak terkena kewajiban zakat fitrah. 


“Semua orang yang tidak memiliki kelebihan nafkah untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya pada malam dan hari raya untuk dikeluarkan sebagai zakat fitrah adalah adalah mu‘sir,” jelas Hafiz. 


Keterangan tersebut sebagaimana termuat dalam kitab Raudhatut Thalibin wa Umdatul Muftin juz II, halaman 193: 


‎ومن فضل عنه ما يخرجه في الفطرة من أي جنس كان من المال فهو موسر ولم يذكر الشافعي وأكثر الأصحاب في ضبط اليسار والاعسار إلا هذا القدر 


Artinya, “Siapa saja yang memiliki kelebihan harta dari jenis apapun yang dapat dikeluarkan sebagai fitrah adalah musir (orang yang mengalami kemudahan/kelonggaran rezeki). Imam As-Syafi’i dan kebanyakan ulama ashab tidak menyebut ukuran kemudahan dan kesulitan seseorang kecuali dengan ukuran tersebut,”. 


Kelebihan rezeki yang dimaksud di atas untuk berjaga-jaga jika ternyata mereka justru tidak memiliki stok kelebihan makanan pokok di hari raya. 


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF