Nasional

Cara Bangga sebagai Bangsa Dibuktikan dengan Rela Berkorban

Ahad, 26 Januari 2020 | 04:30 WIB

Cara Bangga sebagai Bangsa Dibuktikan dengan Rela Berkorban

Diklat Terpadu Dasar (DTD) ke-44 Ansor Banser. Kegiatan diselenggarakan Satkorcab Banser Kabupaten Blitar, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Ibnu N)

Blitar, NU Online             
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) sebagai generasi penerus harus bisa membentengi diri dari hal-hal negatif yang merupakan ancaman terhadap tercapainya cita-cita proklamasi. Caranya antara lain  dengan bangga sebagai bangsa Indonesia, rela berkorban demi bangsa dan negara. 
 
 
"Sebagai kader NU dan kader  bangsa, kita harus bangga menjadi warga negara Indonesia yang berfalsafah Pancasila ini," kata Kepala Provost Banser Nasional Imam Kusnin Ahmad.                  
 
Hal ini disampaikan Komandan Kusnin, pangilan akrabnya, saat menjadi pemateri   wawasan kebangsaan dan bela negara pada Diklat Terpadu Dasar (DTD) ke-44 Ansor Banser. Kegiatan diselenggarakan oleh Satkorcab Banser Kabupaten Blitar, Jawa Timur di Sekretariat Pusat Majlus Ta'lim dan Shalawat Nariyah Mughitsu al-Mughits, Pondok Pesantren  Mambaul Hikam Udanawu Blitar, Ahad (25/1).
 
Menurutnya, seluruh kader Ansor dan Banser dan warga Indonesia  harus banyak bersyukur kepada Allah SWT. 
 
“Karena kita semua dilahirkan di bumi Indonesia yang aman damai dan sejahtera, dhahiran wa batinan. Ingat PBNU yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI harga mati dan UUD 1945,” tegasnya.
 
Dalam pandangannya, empat pilar negara tersebut harus dibertahankan  dan dikembangkan. 
 
“Supaya Ansor dan Banser menjadi warga negara yang baik dan berahlak mulia," terang mantan Kasatkorwil Banser Jawa Timur ini.                            
 
Di hadapan puluhan peserta DTD se-Satkoryon Udanawu Blitar, Komandan Kusnin juga menyitir salah satu pilar kebangsaan yakni Bhineka Tunggal Ika sebagai berbeda-beda tapi satu jua  
 
"Allah memberi anugerah yang sangat luar biasa pada bangsa Indonesia. Di antaranya ada ribuan pulau yang  terbentang mulai dari Sabang hingga Merauke dengan berbagai hasil alam dan buminya. Ratusan suku dan bahasa. Macam-macam  agama dan aliran kepercayaan.  Namun demikian perbedaan itu tidak menjadikan kita terpecah belah, malah perbedaan menambah khazanah dan ghirah serta semangat untuk bersatu mempertahankan bumi Indonesia,” jelasnya.  
 
Dirinya kemudian mengajak memperhatikan Indonesia yang bukan negara Islam namun semua ibadah dan amaliah dilindungi negara. 
 
“Kita mengadakan acara  apa saja bebas asal tidak melanggar tatanan hukum yang ada di negara kita,” urainya. 
 
Disampaikan bahwa Idul Fitri dan Idul Adha di Indonesia paling meriah sedunia. Demikian pula maulid, Isra  Mi'raj Nabi Muhammad, dan Nuzulul Quran diperingati oleh negara. 
 
“Di negara Islam seperti Saudi, Yaman, Iran dan lainnya tidak bisa semeriah di negara kita. Bahkan di Indonesia diberi kebebasan untuk menyelenggarakan di luar kegiatan di atas,” ungkap dia. Kegiatan istighotsah, shalawatan, haul syech dan  ulama juga hampir selalu ada, lanjutnya.
 
Dalam pandangan Ketua Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Blitar tersebut, konsistensi kaderisasi yang dilakukan dapat memberikan pengaruh positif. Baik kepada masyarakat, agama dan pemerintah dalam mengisi kemerdekaan dengan cara melanjutkan pembangunan baik di bidang moral maupun spiritual.                                    
 
Kasatkorcab Banser Blitar Mahmudi mengatakan, wawasan kebangsaan dan bela negeri merupakan materi wajib. Sama dengan empat materi lainnya yaitu Aswaja, NU, Ansor dan Banser.  
 
“Kalau ada peserta yang tidak ikut salah satu dari itu maka harus mengulang alias nambah. Baru setelah itu dinyatakan lulus,” tegasnya.
 
Menurutnya, ada sekitar  80 peserta DTD se-Kecamatan Udanawu kali ini. Mereka berasal dari 12 Pimpinan Ranting Ansor di kawasan setempat.                                   
 
 
Ikut memberikan materi pada DTD ke 44 di Udanawu, PCNU Kabupaten Blitar, PC GP Ansor, Kodim dan Polres Blitar. Selain lima materi pokok, banyak materi lain diberikan oleh instruktur untuk bekal pengabdian peserta usai lulus DTD. 
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi 
Editor: Aryudi AR