Nasional

Cerita Gus Nabil Haroen Jadi Jurnalis sejak Nyantri di Lirboyo

Kam, 1 Juli 2021 | 02:30 WIB

Cerita Gus Nabil Haroen Jadi Jurnalis sejak Nyantri di Lirboyo

Ketua Umum Pagar Nusa, M Nabil Haroen mengisi Ngaji Jurnalistik di Pesantren Lirboyo, Kediri, Rabu (30/6). (Foto: Ahmad Nahrowi)

Kediri, NU Online
Siapa sangka, Muhamad Nabil Haroen, Ketua Umum Pencak Silat Pagar Nusa yang juga anggota DPR, memulai karirnya dari seorang jurnalis. Dalam acara Ngaji Jurnalistik yang diselenggarakan Pers Mahrusy pada Rabu (30/06) Gus Nabil, sapaan akrabnya, menceritakan kiprahnya selama menjadi jurnalis di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri. 

 

Tepat pada awal tahun 2004, Gus Nabil diamanahi oleh gurunya, KH Imam Yahya Mahrus untuk menghidupkan kembali majalah Misykat, majalah resmi Pondok Lirboyo kala itu. Tidak tanggung-tanggung Gus Nabil langsung mengemban tugas sebagai Pemimpin Redaksi majalah yang berdiri sejak tahun 1986 itu.

 

Pondok Lirboyo yang berlatar salafiah tradisional membuat proses berjurnalistiknya tidaklah mudah. Apalagi modal yang dimiliki tidak terlalu melimpah. 

 

"Ketika menghidupkan kembali majalah Misykat tahun 2004, itu adalah momentum yang luar biasa, dengan perjuangan berdarah-berdarah. Pondok Pesantren Lirboyo tidak memodali apa pun, kecuali saya masih ingat satu kresek rambutan dan steples warna merah," tutur alumnus Pondok Lirboyo Tahun 2008 ini di hadapan ratusan santri yang memenuhi Aula MA Al-Mahrusiyah.

 

Bersama para kiai dan gus
Menjadi jurnalis di majalah Misykat ini, Gus Nabil berjuang bersama kiai-kiai sepuh hingga gus-gus muda Pondok Lirboyo. Di jajaran kiai dimotori oleh KH Imam Yahya Mahrus secaara langsung dan yang muda dinakhodai Gus Adibbussholeh Anwar yang kemudian diteruskan oleh Gus Abdul Muid Shohib.

 

Dari tim redaksi ini berswadaya dengan iuran untuk bisa mencetak majalah Misykat hingga beberapa edisi. Perjuangannya menuai hasil tatkala majalah Misykat berhasil terjual dua puluh ribu oplah bahkan pemasarannya sampai ke luar negeri.

 

"Perjuangan di majalah Misykat itu tidak mudah, melelahkan. Kemudian saya ingat waktu itu oplah tertinggi majalah Misykat mencapai angka 20 ribu eksemplar. Pangsa pasarnya sampai ke mana-mana sampai ke luar negeri, termasuk Taiwan, Hongkong yang kemudian menjadi cikal bakal PCINU Hong Kong dan Taiwan, ini juga dari majalah Misykat," jelas Gus Nabil yang terlibat dalam pendirian PCINU Taiwan ini.

 

Gus Nabil melanjutkan, selain berkah dan ridha masyayikh, jurnalistik adalah hal yang mengantarkannya sampai posisi saat ini. Untuk diketahui, di samping sebagai anggota DPR RI, ia juga diamanahi posisi penting lainnya. Di antaranya Kepala Staf Khusus Ketua PBNU, Ketua, jabatan tinggi di beberapa perusahaan. Bahkan, saat masih nyantri di Lirboyo, Gus Nabil sudah berkhidmat di PC LTNU Kota Kediri serta PWNU Jawa Timur.

 

Jurnalis nekad
Sebagai jurnalis, Gus Nabil oleh wartawan lainnya di Kota Kediri dikenal sebagai jurnalis nekad. Ia mengisahkan ketika meliput pertandingan Persik Kediri dengan kamera poket, kamera paling sederhana dibanding kamera milik wartawan lainnya. 


"Coba, wartawan majalah Misykat, meliput pertandingan Persik Kediri. Ngeliput-nya masih tidak masalah, jadi fotogafer di pinggir lapangan, di sebelah gawang, itu dengan kamera poket, Nikon Collpict," kenang wartawan NU Online 2010-2015 ini.

 

Namun berkah dari kenedatannya ini, meski dengan kamera seadanya, Gus Nabil kerap kali mendapat momen jepretan menarik. Sering kali fotonya dari pinggir lapangan dibeli oleh produk minuman yang mensponsori Persik Kediri saat itu.


Belum cukup sampai di situ, tatkala Gunung Kelud Meletus, masih dengan  kamera poketnya, Gus Nabil menerobos zona letusan yang terlarang untuk dimasuki. Saat itu pun tiada wartawan lain yang berani menjepret. Hasilnya Gus Nabil mendapat momentum foto yang epic. Foto-foto itu lalu dibeli seharga 150 dolar oleh Reuters, kantor berita terbesar di dunia yang berpusat di London, Inggris. Uangnya dibagi dengan teman yang memiliki akun dolar.


"Saya berbagi, teman saya yang punya akun itu 50 dolar saya dapat 100 dolar. Kalau tidak salah empat sampai lima foto dibeli, diambil sama Reuters. Alhamdulillah, bisa beli SLR Nikon D40," kenang Gus Nabil.

 

Di samping fotografer, Gus Nabil memiliki skill jurnalistik yang kompleks. "Saya ini pernah tiga edisi (majalah Misykat), itu saya ya jadi reporter, jadi penulis, editor, layout serta marketingnya. Itu pernah tiga edisi,"  tutur Gus Nabil disambut tepuk tangan yang hadir.

 

Kontributor: Ahmad Nahrowi
Editor: Kendi Setiawan