Daerah

Aswaja NU Center Jatim Soroti Ajaran Mu`tazilah di Forum Kiswah

Sen, 21 Juni 2021 | 05:00 WIB

Aswaja NU Center Jatim Soroti Ajaran Mu`tazilah di Forum Kiswah

Tim Aswaja NU Center Jawa Timur, Yusuf Suharto Soroti Ajaran Mu`tazilah di Forum Kiswah (Foto: Istimewa)

Kediri, NU Online
Aswaja NU Center Badas, Kediri, Jawa Timur kembali mengadakan Kajian Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah (Kiswah) yang biasa dilaksanakan tiap Ahad Pahing. Kegiatan yang sempat vakum karena pandemi tesebut, kini dibuka kembali dengan mengundang Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim, Yusuf Suharto di Masjid Saleh Salam Batharfi, Ahad (20/6).

 

Dalam rilis yang diterima NU Online, Yusuf Suharto mengulas bahwa sebenarnya Rasulullah sudah mengenalkan istilah Ahlussunah wal Jamaah untuk kelompok yang selamat sebagaimana beliau juga menyebut misalnya Al-Qadariyah dengan karakter yang jelek.

 

“Artinya, adanya aliran-aliran itu sebenarnya sudah diberitahukan oleh Rasulullah. Istilah Ahlussunnah wal Jama'ah yang kita kenal saat ini merupakan kelanjutan atas pemahaman Islam yang murni,” ujar Dosen Aswaja di Ma'had Aly Pesantren Denanyar ini.

 

Ia menambahkan, Imam Abul Hasan Al-Asy'ari hidup dalam masa salaf dan khalaf. Beliau membela Islam dengan landasan para ulama salaf melalui pendekatan ilmu kalam, sekaligus menolak ilmu kalam dari kaum Mu'tazilah.

 

Jadi, kata dia, Imam Asy'ari menggunakan ilmu kalam dengan benar, beliau menyusun risalah Istihsanul khaudh fi Ilmil Kalam yang berisi tentang bagusnya ilmu kalam. Posisi Imam Asy'ari ini menjadi penting, karena membantah Mu'tazilah yang ahli ilmu kalam dengan ilmu kalam ala Ahlussunnah.

 

"Mu'tazilah itu rasional tapi rapuh. Syekh Ali Al-Jubai, tokoh Mu'tazilah yang merupakan ayah tiri dari Imam Asy'ari dipatahkan argumentasinya dalam dialog tentang nasib tiga orang yang wafat dalam keadaan berbeda, yaitu mukmin, kafir dan anak kecil," bebernya.

 

Peneliti Aswaja NU Center Jatim yang fokus di bidang aliran dalam Islam ini menceritakan perdebatan antara Syekh Al-Juba’i dengan Imam Asy'ari tentang kondisi anak yang wafat ketika masih kecil. Ia menanyakan alasan tidak diwafatkan di kemudian hari agar bisa masuk surga seperti orang dewasa yang mu`min.

 

Syekh Al-Juba`i menjawab, Allah sudah tahu bahwa jika anak kecil itu hidup hingga dewasa, ia akan bermaksiat. Mendengar jawaban tersebut, Imam Asy'ari kemudian berargumen bahwa si kafir pun akan protes karena ia dimatikan dalam keadaan kafir, padahal jika Tuhan mencabut nyawanya saat masih kecil tentu dia akan selamat.

 

“Atas argumentasi dan bantahan Imam Asy'ari ini membuat Syekh Al-Juba`i diam tak berkutik," sambungnya.

 

Imam Asy'ari disebut sebagai kepala (Rais) Ahlussunnah wal Jama'ah, karena mampu membungkam hujjah Mu’tazilah. Dengan adanya Imam Asy'ari. pengaruh Mu’tazilah semakin meredup di masa beliau dan setelahnya.

 

Dicontohkannya, setelah Imam Asy'ari meninggal, ada seorang ulama yang mempelajari ajaran Mu’tazilah. Suatu ketika ia menyindir seorang tokoh Mu’tazilah yang sedang berada di pasar. Karena takut ketahuan, tokoh Mu’tazilah ini langsung lari tunggang langgang meninggalkan pasar.

 

Mu’tazilah di Masa Khalifah Abbasiyah
Ada juga kisah lain tentang ulama yang hidup di masa khalifah Abbasiyah yang menganut Mu’tazilah, yaitu Al-Makmun, Al-Mu’tashim, dan Al-Watsiq. 

 

Di hadapan Al-Watsiq bin Mu’tashim, ada seorang ulama yang ditahan dan diikat tangannya. Ketika ditanya, apakah Al-Quran itu makhluk?. Ulama ini balik bertanya, apakah Al-Quran itu makhluk diketahui oleh Khulafaur Rasyidin?. Apakah beliau-beliau melakukan sikap agresif dengan mengajak manusia agar mengikuti ataukah mendiamkan?

 

Setelah dijawab oleh tokoh Mu’tazilah bahwa Khulafaur Rasyidin mendiamkan, maka ulama itu bertanya; kalau mereka sudah cukup dengan berdiam, maka belum cukup kah kalian untuk juga berdiam seperti mereka?. Khalifah kagum dengan argumentasi ulama itu dan akhirnya melepaskan ulama tersebut. 

 

Demikianlah, kegigihan para ulama dari masa Imam Ahmad ibn Hanbal, hingga Imam Asy'ari dalam menjawab dan merespon argumentasi kaum Mu’tazilah yang dikenal punya doktrin amar ma’ruf nahi munkar namun diselewengkan dengan memenjarakan dan menyiksa ulama yang berseberangan. 

 

Sementara itu, Ketua Aswaja NU Center PCNU Kediri, Kiai Dafid Fuadi dalam kegiatan yang menerapkan protokol kesehatan tersebut menyampaikan bahwa kegiatan Kiswah ini sudah menjadi kegiatan rutin sejak tahun 2010.

 

"Sebelum Aswaja NU Center terbentuk, sudah ada kajian Aswaja di masjid ini, dulu tiap dua pekan sekali," ujarnya.

 

Hadir dalam Kiswah, Rais dan Ketua MWCNU Badas, beserta jajarannya, Ketua Aswaja NU Center MWCNU Badas dan para peserta kajian dari berbagai unsur yang ada di Kecamatan Badas, termasuk dari kalangan Fatayat dan Muslimat.

 

Pembukaan Kiswah dengan tema "Sejarah Ahlussunnah waljamaah" berlangsung pada pukul 05.30 - 07.00 WIB, dengan diiringi shalat dhuha berjamaah dan ditutup dengan ramah tamah.

 

Editor: Aiz Luthfi