Nasional

Gus Nadir: NU Konsisten dengan Asas Tunggal

Sen, 17 Agustus 2020 | 12:45 WIB

Gus Nadir: NU Konsisten dengan Asas Tunggal

Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia, KH Nadirsyah Hosen,

Kediri, NU Online
Tidak perlu disangsikan lagi bahwa kesetiaan Nahdlatul  Ulama (NU) terhadap Pancasila, begitu tinggi, sejak dulu hingga sekarang. Bahkan satu-satunya ormas yang mempelopori penerimaan asas tunggal (Pancasila) adalah NU, yaitu dalam Muktamar ke-27 NU  di Situbondo, Jawa Timur  (1984).


Menurut Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul  Ulama (PCINU) Australia, KH Nadirsyah Hosen, konsistensi kesetiaan NU terhadap Pancasila bisa dilihat dalam perjalanan Muktamar NU sejak di Situbondo, Krapyak  hingga Lirboyo (1999). Dalam beberapa kali Muktmar itu, asas tunggal Pancasila selalu menjadi salah satiu topik bahasan dan keputusannya mempertegas  asas tunggal Pancasila.


Dikatakan Gus Nadir, Muktamar NU di Lirboyo (1999) suasananya lain. Sebab, saat itu Soeharto sudah lengser dari kursi kepresidenan, orde baru juga sudah tumbang. Tidak  ada lagi tekanan apapun terkait penerimaan  asas tunggal. Kemudian muncul pertanyaan: apakah NU saat menerima asas tunggal di Muktamar Situbondo itu hanya karena siasat politik saja atau karena fiqih siyasah,


“Karena NU tak bisa berkelit dari tekanan orde baru sehingga terpaksa menerima (asas tunggal) misalnya, atau memang  menerima karena punya argumentasi  yang kokoh sesuai  fiqih siyasah,” ujar Gus Nadir, sapaan akrabnya, saat menjadi narasumber  dalam peluncuran  Virtual Buku Fiqih Kebangsaan Jilid 3 yang dipusatkan di Pesantren  Lirboyo,  Kediri, Jawa Timur, Senin (17/8).


Dosen senior Bidang Hukum di Monash University,  Melbourne, Australia tersebut menyatakan bahwa  Muktamar NU di Lirboyo itu  menegaskan hubungan NU dan kebangsaan  begitu kental. Katanya,  saat itu terjadi  perdebatan di kalangan kiai sebagaimana  terjadi dalam Bahtsul Masail. Sebagian kiai berpendapat bahwa asas tunggal tak perlu lagi diterima  karena orde baru sudah habis,  sehingga asas tunggal juga tak perlu lagi.

 

Namun sebagian yang lain berkehendak sebaliknya. Hingga akhirnya sejumlah kiai sepuh turun tangan, termasuk KH Ahmad Sahal Mahfudz dan sejumlah masyayikh Lirboyo.  Akhirnya disepakati untuk tetap menerima dan mempertahankan asas tunggal.


“Lewat Keputusan Muktamar NU di Lirboyo, diputuskan asas tunggal (tetap) diterima. Pancasila tidak bertentangan dengan agama. Sebuah  keputusan yang cantik dan ciamik dari Muktamar NU,” pungkas Gus Nadir yang mengikuti acara tersebut secara virtual.


Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz