Nasional

Cerita Kang Iip Tulis Buku Jaksa Agung Soeprapto dan Sejarah Pertumbuhan Kejaksaan RI

Kam, 11 Januari 2024 | 15:30 WIB

Cerita Kang Iip Tulis Buku Jaksa Agung Soeprapto dan Sejarah Pertumbuhan Kejaksaan RI

Iip D Yahya saat menerima R Soeprapto Award 2024, Kamis (11/1/2024) dari Kejaksaan Agung RI di Jakarta. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Selepas mendapatkan penghargaan dalam ajang R Soeprapto Award Tahun 2024, Sejarawan Iip D Yahya berhasil mendapatkan penghargaan R Soeprapto Award Tahun 2024 berkat penelitiannya mengenai Kejaksaan Agung dan Jaksa Agung Pertama, yakni Soeprapto. Hasil penelitiannya itu terbit dalam buku berjudul Jaksa Agung Soeprapto dan Sejarah Pertumbuhan Kejaksaan Republik Indonesia (RI).


Kang Iip, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa buku tersebut merupakan pengembangan dari buku Mengadili Menteri Memeriksa Perwira Jaksa Agung Soeprapto dan Penegakan Hukum di Indonesia Periode 1950-1959, yang terbit pada 2004. Akan tetapi, terdapat tambahan informasi mengenai sejarah Kejaksaan Agung di masa pertumbuhannya, misalnya koreksi terkait kesalahan tanggal penetapan dan pergantian tiga Jaksa Agung di masa awal; Mr. Gatot, Mr. Kasman, dan Mr. Tirtawinata. 


Direktur Media Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat itu juga, rupanya menampilkan rekap peristiwa yang terjadi selama periode 1945-1949 yang terdapat dalam koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia. Melalui rekap tersebut, sebagai lembaga tinggi negara, Kejaksaan Agung tampak jelas telah bekerja secara efektif sejak Jaksa Agung yang pertama diangkat oleh Presiden Soekarno.


"Salah satu tambahan penting dalam buku ini adalah komentar ahli hukum Daniel S. Lev yang ia tulis sebelum wafat pada 2007. Pak Dan memberikan komentar atas kinerja Jaksa Agung Soeprapto dan riset yang dilakukan oleh penulis," ujar alumnus Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur dan Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta itu pada Kamis (11/1/2024)


Lebih lanjut, Kang Iip bercerita ketika pihak Persaja menyetujui rencana penerbitan buku baru, dirinya memasukkan tulisan Pak Dan itu sebagai epilog dengan beberapa penyesuaian. Dalam keterangannya, Kang Iip mengaku bahwa Pak Dan juga sempat menyebut buku penulis dalam artikelnya, Conceptual Filters and Obfuscation in The Study of Indonesian Politics (2005) yang dimuat dalam Asian Studies Review (Vol. 29, 2005). 


"Demikian pula Sebastian Pompe menyebut buku penulis yang pertama itu dalam artikelnya Demokrasi dan Rule of Law, Pelajaran dari 1950-an (Seri Tempo: Pergulatan Demokrasi Liberal 1950-1959, KPG, 2019) yang sebelumnya dimuat dalam edisi khusus majalah Tempo, Agustus 2007," jelasnya.


Selanjutnya, Kang Iip mengakui bahwa dirinya ialah seorang peneliti dan penulis yang bukan akademisi. Akan tetapi, atensi dari intelektual sepeti Pak Dan dan Pompe, membuatnya merasa bersyukur dan menebalkan kepercayaan diri untuk terus berkarya. 


"Buku kedua mengenai sejarah Kejaksaan Agung kali ini berangkat dari rasa percaya diri itu, terutama karena terdapat cukup data yang dapat diolah dan disajikan," katanya.


Untuk mengungkap sosok JA Soeprapto, Kang Iip rupanya telah membaca lebih dari 70 ribu halaman dokumen Kantor Berita Antara tahun 1950-1959. Sehingga, dalam menulis buku tersebut, ia sangat yakin dan percaya diri atas karyanya.


Setelah sambutan dari Jaksa Agung dan Ketua Umum Persaja, Kang Iip mengatakan bahwa buku tersebut dibuka dengan prolog dari Facrizal Afandi yang menulis Jaksa Agung Soeprapto, Sang Pahlawan Hukum yang Hampir Terlupakan. 


"Lalu secara berurutan, buku ini memuat Sejarah Terbentuknya Kejaksaan Agung, Perjalanan Soeprapto sebagai Abdi Hukum, Sepak Terjang Bapak Korps Kejaksaan, Jaksa Penuntut Umum dalam Pergadilan Sultan Hamid II, Soeprapto Kegelisahan dan Suara Hatinya, Suasana Kerja di Kejaksaan Agung Menurut Priyatna Abdurrasyid, Persatuan Jaksa-jaksa Seluruh Indonesia, dan Kronologi Riwayat Hidup, Pejuangan dan Pengabdian Jaksa Agung Soeprapto," jelasnya.


Lebih dalam, pada bagian Soeprapto, Kegelisahan dan Suara Hatinya, Kang Iip mengolah dari empat kali wawancara Daniel S. Lev dengan Soeprapto pada Februari – April 1960. Dengan penyajian baru ini, Kang Iip berharap para pembaca dapat ikut merasakan kegelisahan dan suara hati Soeprapto yang melihat perkembangan penegakan hukum dan lembaga kejaksaan yang terpaksa harus ditinggalkannya. 


"Lalu bagian Suasana Kerja di Kejaksaan Agung, diolah dari pengantar Prof. Priyatna Abdurrasyid di buku pertama. Paparan Pak Priyatna ini menggambarkan dengan sangat baik penguasaan ilmu hukum para jaksa waktu itu dan tumbuhnya pergaulan yang egaliter di antara para jaksa yang membuat mereka kompak ke dalam dan keluar lembaga. Kuasa pengetahuan ini sangat memukau karena berhasil menaikkan citra dan wibawa kejaksaan di antara lembaga penegakan hukum yang lain," terang sinopsis buku tersebut.