Nasional HUT KE-78 RI

Cerita Pedagang Pohon Pinang di Jakarta Sepi Pembeli Jelang HUT Ke-78 RI

Sen, 14 Agustus 2023 | 18:30 WIB

Cerita Pedagang Pohon Pinang di Jakarta Sepi Pembeli Jelang HUT Ke-78 RI

Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada Ahad (13/8/2023). (Foto:NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Salah satu perlombaan yang identik dengan perayaan hari kemerdekaan adalah panjat pinang. Lomba ini dilakukan dengan memperebutkan hadiah yang sudah digantungkan di atas pohon pinang.


Pohon pinang yang akan dipanjat pun sebelumnya telah dibersihkan, dikuliti, dan diberi pelicin. Keseruan dari perlombaan panjat pinang ini akan terlihat, karena para peserta pasti kesulitan untuk memperoleh hadiah. 


Cara yang dilakukan adalah dengan bekerja sama. Biasanya, orang yang memiliki bobot tubuh lebih berat akan menjadi tumpuan di bawah, sedangkan yang berbobot tubuh ringan berada di atas. 


Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Republik Indonesia (RI), para pedagang pohon pinang sudah banyak yang membuka lapak di pinggir jalan. Saban tahun, lapak dagangan pohon pinang itu dimulai sejak 1 Agustus. 


NU Online menemui salah satu pedagang pohon pinang di Jakarta. Fajar, akrab disapa Bang Cendol, adalah putra Betawi yang sejak 2008 menekuni usaha pohon pinang ini. Lapaknya bisa ditemui di Jalan Manggarai Utara, Kelurahan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.


Fajar mengaku, usaha berdagang pohon pinang sebelumnya telah dilakukan oleh sang ayah, pada 30-40 tahun silam. Ia menyebut, usaha ini dilakukan turun-temurun. Namun, Fajar menolak jika usaha yang dilakukan saat ini sebagai upaya meneruskan usaha ayahnya. 


"Dibilang nerusin juga enggak, cuma kita aja punya ide. Terus dulu kita sering aktif di Karang Taruna. Ya kita sering ngadain perlombaan, ngadain acara, lama-lama ya terjun ke usaha ini. Jadi ini inisiatif usaha saya sendiri," kata Fajar kepada NU Online, Ahad (12/8/2023) kemarin. 


Fajar dibantu oleh 15 orang dalam pengerjaan pohon pinang. Ia mengeluhkan, tahun ini sepi pembeli dan berbeda dari tahun 2022 lalu. 


"Tahun ini, saya menurun. Saya hanya menyediakan 70 batang pohon pinang. Tahun kemarin 340-an batang. Kalau tahun kemarin lebih ramai. Kalau sekarang, saya punya inisiatif ngambil 70 batang," ungkapnya. 


Saat pandemi Covid-19 melanda, Fajar sama sekali tak berdagang. Tetapi ia melayani beberapa pesanan, dan jumlahnya pun sangat sedikit. Sejak itu, grafik pembelian atau pemesanan pun menurun. Hal itulah yang membuatnya hanya berani mengambil 70 batang pohon pinang untuk dijual.


"Biasanya tanggal 8 itu sudah ada banyak pemesanan. Tahun sekarang berbeda. Dari 70 batang, sekarang sudah dipesan kurang lebih antara 10 sampai 15 batang," katanya.


Batang pohon pinang yang dijualnya itu diambil dari berbagai wilayah. Di antaranya Banten, Sukabumi, dan Lampung. Dari daerah-daerah tersebut, batang pohon pinang diangkut menggunakan truk fuso bermuatan besar. 


Fajar mengatakan, harga satu batang pohon pinang itu berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta. Salah satu faktor yang membuat harganya mahal adalah karena harus membayar jasa panggul. 


"Karena itu (diambil) dari hutan, kita bawa ke pinggir jalan. Dari pinggir jalan, kita naikin ke mobil. Itu mentahannya aja lumayan. Mentahannya Rp500 ribuan belum kita kelola. Kalau buat untuk penjualan, bervariasi. Tergantung panjang dan jarak yang mau kita antar. Jadi ada negosiasi," jelas Fajar.


Ideal panjang satu batang pohon pinang mencapai 12 hingga 13 meter. Tetapi ada pula yang pendek dan biasa digunakan untuk lomba panjat pinang anak-anak, sekitar 7-10 meter. Fajar paling jauh pernah mengantar ke daerah Jakarta perbatasan Tangerang. 

 
Ia tak pernah bisa memprediksi apakah barang dagangannya akan habis terjual atau tidak. Tetapi dari tahun ke tahun, biasanya akan habis terjual sampai akhir Agustus.  


"Kalau buat habis, kita nggak bisa prediksi. Biasanya sampai tanggal 30 Agustus pun masih ada yang bikin acara lomba. Kebanyakan sih momen-momen orang buat itu di hari libur. Kita bingung, pernah habis pernah sisa. Makanya risiko jualan pohon pinang itu besar," jelas Fajar.


Meski begitu, lanjut dia, para pembeli pasti ada saja, tak harus dipergunakan untuk lomba panjat pinang. Tetapi, juga bisa untuk dibuat berbagai bangunan. 


"Ada yang (beli) untuk bangun WC umum di pinggir kali. Ada yang bisa buat saung-saungan atau buat bangku tongkrongan. Jadi, tetap ada manfaatnya lah," tandasnya.


Tak jauh dari lokasi Fajar, ada pedagang pohon pinang yang lain, namanya Subur. Ia mengaku sudah berdagang sejak 1996, saat masih remaja dan membantu usaha kedua orang tuanya.  


"Ngurusin beginian dari kecil, bantuin orang tua, bapak emak. Kira-kira dari tahun 1996," tutur Subur.


Ia mendapatkan pohon pinang dari Rangkasbitung, Banten. Sebanyak 38 batang pohon pinang sepanjang sembilan meter disiapkan menyambut HUT Ke-78 RI. Per batang, dibanderol harga kisaran Rp400 ribu. 


"Harga satuan, dari sananya Rp300 ribu satu batang. Setelah disisik (dikuliti) tambah Rp50 ribu, kalau sama dilubangin Rp70 ribu. Kurang lebih 10 sudah keluar tadi," kata Subur. 


Ia bilang, proses pengerjaan untuk menguliti satu batang pohon dikerjakan dalam waktu 2-3 jam. Dalam sehari, Subur bisa memproses 3 batang pohon untuk dikuliti, diamplas, dan siap untuk dipanjat.