Nasional

Cinta Tanah Air Karakter Keluarga Maslahah

Rab, 30 Juni 2021 | 11:30 WIB

Cinta Tanah Air Karakter Keluarga Maslahah

Dosen Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta Nur Rofiah.

Jakarta, NU Online


Dosen Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta Nur Rofiah mendorong setiap keluarga menerapkan rasa cinta terhadap tanah air sebagai perwujudan rasa syukur atas kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu. Menurutnya, hal itulah yang menjadi ciri keluarga yang maslahah.


"Nah, hubbul wathan ini menjadi karakter dalam keluarga maslahah," kata Nur Rofiah dalam acara Berbagi Cerita dibalik Berita: Keluarga dan Kemaslahatan Bangsa, Selasa (29/6).


Karakter hubbul wathan, menurut Nur Rofiah, adalah implementasi yang berkembang dari maqashidus syariah (tujuan diterapkannya syariat) yang terdiri dari, perlindungan diri, jiwa, akal, harta, dan keturunan/martabat dan agama. Maka, menjadi wajib bagi setiap orang tua mengenalkan hal itu sebagai tanggung jawab kepada anak-keturunannya.


"Dalam perspektif Keluarga Maslahah An-Nahdliyah kita mesti memberi pengertian kepada anak-anak kita bahwa menjaga tanah air merupakan tanggung jawab kita bersama," tutur Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK-PBNU) ini.


Dari Maqashidus Syariah, kata dia, keluarga maslahah masuk pada kategori hifdzun nasl (memelihara keturunan). Karenanya, pandangan soal nilai-nilai kemaslahatan sepatutnya menjadi pegangan sekaligus modal utama orang tua dalam membentuk karakter dan tumbuh kembang seorang anak, apalagi di era digital seperti sekarang ini.


"Kita hidup di era digital di mana dunia offline dan online itu sama pentingnya untuk jadi perhatian," ungkap Penulis buku Nalar Kritis Muslimah ini. 


Apalagi setelah menghadapi pandemi, lanjutnya, semua orang dipaksa untuk semakin dekat dengan media teknologi yang memiliki sumber informasi tidak terbatas. Jadi, apabila media internet tidak diperkaya oleh nilai-nilai cinta tanah air, maka nilai-nilai yang sebaliknya yang akan mendominasi. "Media bisa menjadi maslahat kalau dipakai untuk kebaikan dan atau mafsadat kalau disalahgunakan," ujarnya. 


Lebih lanjut, Nur Rofiah menjelaskan bahwa konsep keluarga maslahah adalah mewujudkan ketenangan jiwa secara fisik, intelektual, dan spiritualnya. Dalam konteks ini, negara mempunyai kewajiban untuk memastikan kemaslahatan itu. 


"Hifdzul Mal (menjaga harta) dalam konteks bernegara adalah bukan sekadar menjaga harta tetapi membuka lapangan pekerjaan sehingga orang bisa mengakses harta untuk memenuhi kebutuhannya," terang anggota Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ini. 


Kemudian, ia juga menambahkan bahwa ulil amri (pemerintah) harus mampu memfasilitasi dan membuka akses bagi para warganya. Sebab, dalam Islam, esensi negara sebenarnya adalah pemegang amanah yang menitikberatkan kemaslahatan bagi setiap warganya. 


"Jadi, tugasnya ulil amri itu bukan hanya menjaga, tapi juga mewujudkan kemaslahatan dengan membuka akses sumber-sumber kehidupan bagi warga negaranya," pungkas perempuan yang menamatkan studi doktornya di Turki itu. 


Kontributor: Syifa Arrahmah 
Editor: Syakir NF