Nasional

Dengan Dzikir, Kiai Musthofa Aqil: Semoga Hajatan Demokrasi 2024 Berjalan Damai

Sel, 1 Agustus 2023 | 20:30 WIB

Dengan Dzikir, Kiai Musthofa Aqil: Semoga Hajatan Demokrasi 2024 Berjalan Damai

Ketum MDHW, KH Musthofa Aqil Siroj saat menyampaikan laporan Dzikir Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka, Selasa (1/8/2023) (Foto: Tangkapan layar Youtube MDHW TV).

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Majelis Dzikir Hubbul Wathon KH Musthofa Aqil Siroj mengatakan, tahun politik dan hajatan demokrasi sebentar lagi digelar. Melalui dzikir yang kini menjadi acara resmi negara setiap 1 Agustus di Istana Negara, pihaknya berharap tahun politik dan hajatan demokrasi 2024 berjalan damai.


"Dengan dzikir, semoga tahun politik dan hajatan demokrasi yang sebentar lagi akan berlangsung di negeri ini dapat berjalan dengan damai, tidak ada ujaran kebencian, tidak ada adu domba, dan tidak ada saling sikut-menyikut. Yang ada adalah semua berjalan baik dan sejuk," ujarnya saat menyampaikan laporan Dzikir Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka, Selasa (1/8/2023).


Karena itulah, lanjut Kiai Musthofa, sebagai sebuah tradisi baik dan agung dalam mengawali bulan kemerdekaan, pihaknya berharap dzikir di Istana Negara tidak pernah berhenti, namun terus lestari hingga sampai kapan pun.


"Kita diperintahkan oleh Allah swt agar kita membangun negara untuk kesejahteraan rakyat. Namun, pembangunan punya syarat mutlak, yaitu keamanan. Jika negara tidak aman, maka tidak mungkin kita bisa membangun. Karena itu, kita harus punya andil menciptakan negara yang aman, sejahtera, dan damai," tuturnya.


Kiai asal Kempek Cirebon, Jawa Barat, ini menambahkan bahwa sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, Indonesia kini menjadi contoh bagi negara-negara lain, bahkan negara-negara Timur Tengah. Sebab, meskipun di Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan agama, namun mampu menunjukkan Islam yang ramah dan toleran.


"Antara ulama dan umara saling menghormati dan mengisi, saling bahu-membahu untuk menciptakan kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia ulama dan umara bisa duduk bersama saling menghormati satu sama lain," ungkapnya disambut aplaus hadirin.


“Kita lihat di Aljazair, Maroko, Turki dan negara Arab lainnya, khutbah saja harus punya kartu izin khatib. Kalau tidak, maka dilarang khutbah. Di Indonesia begitu nikmatnya. Khutbah bisa jam berapa saja, dzikir bisa kapan saja, bahkan di Istana pun ada dzikir. Ini sungguh luar biasa dan patut kita syukuri,” sambung adik kandung Kiai Said Aqil Siroj ini.


Oleh karena itu, pihaknya sangat berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang telah menginstruksikan dan mengagendakan dzikir menjadi acara resmi negara setiap 1 Agustus di Istana Negara.


“Sekali lagi, kami haturkan terima kasih kepada bapak Presiden yang terus mensupport terlaksananya dzikir di Istana Negara dan memberikan mandat kepada Majelis Dzikir Hubbul Wathon. Sampai saat ini, dzikir di Istana Negara sudah berlangsung sebanyak lima kali,” ujarnya lagi-lagi disambut aplaus hadirin.


Dalam kesempatan tersebut, hadir para kiai dan ulama dari berbagai daerah. Antara lain Syekh Ali Akbar Marbun dari Sumatra Utara. Para menteri Kabinet Indonesia Maju juga hadir, antara lain Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menag Yaqut Cholil Qoumas, dan Mensesneg Pratikno. Ratusan santri juga tampak khidmat mengikuti jalannya acara.