Nasional

Di Bekasi Gus Ulil Terangkan Kekuatan Ulama

Sab, 13 April 2019 | 15:00 WIB

Di Bekasi Gus Ulil Terangkan Kekuatan Ulama

Ulil Abshar Abdalla (tengah)

Bekasi, NU Online
Kekuatan ulama adalah ilmu. Hal itu yang menjadi kekuatan dari tradisi yang dimiliki NU. Masalahnya, ilmu-ilmu para ulama terdahulu ditulis dalam bahasa arab klasik, walaupun sebagian sudah diterjemahkan. Namun, masih jarang dikenal oleh kelompok di luar NU.

Demikian diungkapkan intelektual muda NU, Ulil Abshar Abdalla, dalam Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) NU Kota Bekasi, di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK), Bekasi Selatan, pada Sabtu (13/4).

"Tugas kita adalah agar tradisi yang tertuang dalam bahasa arab klasik itu diperkenalkan ke masyarakat perkotaan," jelas penggagas Kopdar Ihya Ulumuddin yang ditayangkan langsung di media sosial ini.

Ilmu tasawuf, misalnya, sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat urban seperti di Kota Bekasi. Problemnya, tidak semua orang mampu berbicara dengan kemampuan masyarakat kekinian.

"Maka, salah satu tugas penting NU Kota Bekasi adalah secara sistematis menyiapkan orang yang bisa ngaji dan bisa mengungkapkan pengajian ke masyarakat perkotaan," terang santri Rais 'Aam PBNU periode 1999-2014 KH Ahmad Sahal Mahfudh di Pesantren Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah ini.

Menurutnya, jika hal tersebut tidak ditangani dengan baik, maka pesan-pesan NU tidak akan bisa tersampaikan ke masyarakat perkotaan.

"Maka saya mendorong agar para pengurus NU Kota Bekasi ini mondok, ahli membaca kitab kuning dan menyajikannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat di perkotaan," terang pria yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Karenanya, ia mengungkapkan agar perkembangan teknologi modern seperti sekarang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pengurus NU.

"Harus disiapkan satu orang yang menjadi ikon NU Kota Bekasi yang kemudian ngaji dan disiarkan di media sosial. Ini penting," kata Gus Ulil, demikian ia akrab disapa.

Saat ini, imbuhnya, bukan lagi waktunya untuk orang NU hanya sekadar mengeluh. Maka keluhan-keluhan itu harus segera dicukupkan. Sebab sudah saatnya untuk bertindak.

"Kita juga harus membuat pengajian-pengajian atau ceramah dan kajian keislaman yang dapat memenuhi kebutuhan intelektual Islam di masyarakat perkotaan," pungkas putra Pengasuh Pesantren Mansajul Ulum, Kajen, Pati, KH Abdullah Rifa'i ini. (Aru Elgete/Kendi Setiawan)