Nasional

Di Hadapan Menteri Sosial dan ESDM, PMII Tegaskan Terus Dampingi Masyarakat Tolak Harga BBM Naik

Sel, 13 September 2022 | 12:00 WIB

Di Hadapan Menteri Sosial dan ESDM, PMII Tegaskan Terus Dampingi Masyarakat Tolak Harga BBM Naik

Ketua Umum PB PMII M Abdullah Syukri saat menyampaikan orasi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM. (Foto: Facebook M Abdullah Syukri)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Muhammad Abdullah Syukri (Abe) menegaskan, pihaknya akan terus mendampingi masyarakat untuk tetap tegak menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 


Penegasan itu disampaikan Abe dalam Dialog Terbuka Penyampaian Aspirasi Kelompok Cipayung Plus bersama Kelompok Masyarakat di hadapan Menteri Sosial Tri Rismaharini serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pada Senin (12/9/2022) kemarin. 


“Terkait angka-angka, saya yakin bapak dan ibu pasti lebih paham dari kami. Tetapi kami aktivis yang langsung mendampingi masyarakat di bawah yang langsung mengadvokasi masyarakat di pasar-pasar, pedagang kaki lima, masyarakat di desa-desa. Literasi politik dan keuangan mereka tentu tidak sebaik bapak ibu dan kita semua,” ungkap Abe. 


Ia mengaku, PMII menyaksikan sendiri bahwa masyarakat di lapangan semakin kesulitan untuk menjangkau harga bahan kebutuhan pokok di pasar, menyusul kenaikan harga BBM yang telah diumumkan sejak 3 September 2022 lalu. 


Berselang satu hari setelah pemerintah mengumumkan harga BBM naik, Sekretariat PB PMII di Salemba, Jakarta Pusat, didatangi masyarakat sekitar yang mengeluh karena harga telur, sawi, dan sayur-sayuran menjadi naik gara-gara harga BBM naik. 


“Itu yang kami dengar langsung dari masyarakat. Atas dasar itulah, langsung dari hati nurani, kami semua bergerak dari Sabang sampai Merauke. Kami pastikan tidak ada tunggangan politik mana pun yang menunggangi gerakan kita semua. Murni semua ini langsung kita (lakukan) dengan (berdasarkan) keluh kesah dari masyarakat, dari orang-orang tua kita sendiri,” jelas Abe.


Bahkan, Abe bersama kader PMII se-Indonesia juga merasa terketuk hati nuraninya saat menyaksikan masih banyak masyarakat yang masih berusaha pulih dari pandemi akibat kehilangan tulang punggung yang meninggal akibat virus Covid-19, tetapi justru terbebani akibat harga BBM naik.


“Kita (PMII) juga tidak paham logika mana yang dipakai, ketika saat ini masyarakat sedang sulit (bangkit dari pandemi Covid-19) ditambah lagi beban kesulitan (harga BBM naik diikuti kenaikan harga bahan pokok),” jelas Magister Ilmu Politik dari Universitas Duisberg Essen, Jerman itu.


“Sampai hari ini, PMII masih tegas menolak kenaikan harga BBM, dan kami belum mencabut surat instruksi kepada para kader kami untuk terus bergerak dan turun aksi sampai ada solusi dari permasalahan ini semua,” imbuh Abe. 


Pada kesempatan itu, Abe juga mengapresiasi pemerintah Indonesia karena memiliki sejumlah proyek mercusuar seperti Ibu Kota Negara Nusantara di Kalimantan Timur, serta pembangunan jalan tol, kereta cepat, dan jalan-jalan baru. Meski begitu, ia tetap ingin melihat kesungguhan yang sama dari pemerintah saat melihat permasalahan BBM.


“Kita ingin melihat political will yang kuat dari presiden dan dari para menterinya dalam melihat masalah (BBM) ini.  Kalau kita mau jujur, saya yakin Pak Menteri ESDM sudah tahu siapa mafia-mafia yang bermain di masalah BBM ini. Saya yakin bapak tahu, di mana masalahnya dan di mana problemnya, baik dari sudut pandang ekonomi luar negeri, maupun juga situasi dinamika di dalam negeri,” tutur Abe yang ditujukan kepada Arifin Tasrif.  


Namun menurut Abe, pemerintah saat ini diibaratkan seperti lirik lagu dangdut yaitu ‘mending tuku sate timbang tuku wedhuse’ atau lebih baik membeli sate daripada membeli dan memelihara kambingnya. Pemerintah pun sama, tidak ingin repot-repot mengurusi permasalahan BBM di atas, maka langsung menaikkan harga sehingga banyak masyarakat yang terdampak.


“Pemerintah hari ini tidak mau mengurusi permasalahan di hulunya seperti mafia migas (dan persoalan) distribusi minyak, tapi langsung mengorbankan di ujung dengan menaikkan harga BBM langsung kepada masyarakat,” ungkap Abe. 


“Ini perlu ada political will yang kuat dari presiden, dan juga dari para menterinya untuk menyelesaikan masalah ini. Jangan kemudian mengorbankan masyarakat yang langsung di hilir, langsung di ujung (dinaikkan harga BBM), seharusnya bapak ibu membenahi masalah-masalah yang ada di atasnya,” pungkas pria kelahiran Buntet Pesantren Cirebon itu. 


Sebagai informasi, pada Senin (12/9/2022) kemarin, beberapa kader dan anggota PMII di seluruh penjuru Indonesia kembali menggelar aksi di wilayah atau daerah masing-masing. Mereka tetap menjalankan instruksi dari PB PMII untuk terus menolak kenaikan harga BBM sampai ada solusi yang konkret untuk masyarakat.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF