Nasional

Dokter NU Nilai Pembahasan Isu Kesehatan di Debat Capres Belum Konkret, Hanya untuk Menangkan Suara 

Sel, 6 Februari 2024 | 19:30 WIB

Dokter NU Nilai Pembahasan Isu Kesehatan di Debat Capres Belum Konkret, Hanya untuk Menangkan Suara 

Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo dalam debat terakhir di JCC, Jakarta, pada Ahad (4/2/2024). Salah satu tema debat adalah kesehatan. (Foto: tangkapan layar KPU)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Muhammad S Niam menilai pembahasan isu kesehatan dalam debat terakhir calon presiden (capres) belum konkret. Menurutnya, sebagian besar isu mengenai kesehatan digaungkan hanya untuk memenangkan suara dan meningkatkan elektabilitas. Dalam kenyataannya, banyak hal yang terlewat, padahal penting untuk dibahas.


“Sering kali apa yang dicanangkan belum tentu terealisasi dengan baik di lapangan. Masih banyak hal lain jika kita mau menelisik seluruh masalah. Persoalan layanan kesehatan yang kemarin banyak dibahas dalam debat itu hanyalah sekelumit fakta lapangan yang sulit dipahami jika seseorang hanya meneropong persoalan dari belakang meja, dan menganggap perhitungan matematika bisa menjadi solusi,” kata dr Niam kepada NU Online Selasa, (6/2/2024).


Ia menyebut bahwa upaya perbaikan layanan kesehatan di Indonesia yang menempatkan kekurangan dokter dan kurangnya fasilitas kesehatan sebagai isu utama, tanpa memahami substansi masalah, ibarat dokter salah diagnosis. 


“Jika obat yang diberikan salah, maka berpotensi menimbulkan perburukan atau bahkan kematian,” ucapnya.


Baginya, ketiga capres masih fokus pada masalah yang bersifat permukaan. Padahal, kesehatan adalah isu yang kompleks dan membutuhkan solusi yang bersifat kebijakan, bukan semata-mata melalui pendekatan medis, seperti produksi jumlah dokter.


“Jika kita tak menutup mata pada realita di lapangan, problem yang terpampang di depan mata bukan sekadar soal kuantitas dokter. Distribusi dokter yang belum merata juga menjadi masalah besar tidak meratanya layanan kesehatan di Indonesia. Mengapa ada daerah yang tenaga dokternya tercukupi, sedangkan daerah lain kekurangan dokter? (Itu) harus dilihat dengan cermat,” jelas Niam.


Tanggapan terkait isu kesehatan dalam debat terakhir capres juga disampaikan oleh Anggota Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) Dokter Syifa Mustika. Menurutnya, terdapat banyak isu kesehatan masyarakat yang sebenarnya juga substansial, tetapi tidak disinggung oleh capres.


“Contohnya, kualitas layanan kesehatan, pendidikan kesehatan itu nggak disinggung,” kata Syifa.


Lebih lanjut, ia menyinggung soal upaya promotif preventif yang disampaikan para capres, dan diyakini akan mampu memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat terutama meningkatkan angka harapan hidup.


Padahal realitanya, menurut Syifa, tidak semudah itu menjalankan promotif preventif kesehatan saat budaya kesehatan di Indonesia sudah terbentuk tidak mengakomodir itu.


“Jadi, butuh hingga 1-2  generasi untuk mengubah itu,” ucapnya.