Nasional

Dua Bulan Kiprah Dokter NU Tangani Covid-19

Ahad, 26 April 2020 | 19:00 WIB

Dua Bulan Kiprah Dokter NU Tangani Covid-19

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj mengikuti pemeriksaan oleh dokter Satgas NU Cegah Covid-19. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat serta pemantauan kepada anggota Perhimpunan Dokter NU yang terlibat di garda terdepan Satgas Penanganan Covid-19, Pengurus Pusat PDNU melakukan pemantauan serta evaluasi selama terlibat dalam Satgas Penanganan Covid-19.
 
Evaluasi dalam bentuk rapat daring melalui aplikasi Zoom dilakukan pada Ahad (26/4) dengan topik Peran Dokter NU dalam Meredakan Wabah Covid-19.
 
Ketua Umum PDNU Dr dr Muhammad S Niam yang mengungkapkan apresiasinya kepada seluruh dokter yang terlibat dalam satgas PDNU Penanganan Covid-19. "Profesionalitas adalah garda terdepan dalam pelayanan sangat diperlukan," ungkapnya.

Sementara itu Dr Syahrizal Syarif, epidemologis dan Ketua PBNU Bidang Kesehatan menyampaikan apresiasi terhadap kinerja Satgas dan relawan, pos relawan. Dan. yang paling pokok menyampaikan terima kasih dari PCNU karena teman-teman PDNU mendorong pelayanan yang lebih baik di tingkat PDNU.

"PBNU adalah civil Society. PBNU dipercaya menyalurkan berbagai bantuan bantuan seperti dari Kompas, Kedutaan Singapura, Perusahaan Industrial Park di Morowali, dan kini juga terlibat dalam penanganan langsung di lapangan dalam PDNU," katanya.

Secara garis besar dr Syahrizal menyampaikan bahwa  secara epidemilogi, virus corona telah terkonfirmasi di 175 negara di seluruh dunia dari 193 negara anggota PBB. Sebanyak 72 persen negara dilaporkan sudah dengan status wabah menurun, terkendali dan hampir selesai seperti Vietnam, China, Thailand, Australia, Austria.
 
Selain itu, ada sekitar 28 persen negara yang masih dalam situasi yang sangat berat. Bahkan negara yang sudah dalam kondisi menurun kini justru dalam kondisi yang tidak terkendali.

"Kita semua harus saling berhati hati dan tetap waspada," katanya.

Sementara itu, Ketua PW Jawa Tengah dr Suhardiyono, SpOT Ketua PDNU Jawa Tengah melaporkan bahwa untuk satgas belum bisa dilakukan karena berinteraksi langsung dengan kegiatan yang dilakukan dengan pemerintah provinsi Jawa Tengah yakni dalam program Jogo Tonggo, jogo Kampung setingkat RT / RW.
 
"Di Jawa Tengah tidak banyak yang dilaporkan tidak seberat di Jabar karena masyarakat Jateng masih manut dengan instruksi pemerintah. PDNU Jateng masih ngikut dengan program Pemprov Jateng," jelasnya.

Prof Armyn Nurdin dari PDNU Makassar mengungkapkan kini sedang mengembangkan pembinaan kepada satu puskesmas di satu wilayah lokasi sebagai model memutus rantai penyebaran berbasis population at risk. Selama sebulan bulan melakukan spot mass dan hasilnya akan dilaporkan beberapa hari kedepan.

Sementara itu, PDNU Gresik melaporkan bahwa PDNU Gresik melibatkan MWCNU sebagai ujung tombak pelayanan dan data. Karena semua data ada di daerah, oleh karena itu MWC NU Gresik diminta kreatif, membuat data dan meme dari data yang ada.
 
"Ibaratnya kalau omong tanpa data rasanya omong kosong. Dan, alhamdulillah MWCNU Gresik cukup kreatif dan data yang disajikan sangat kreatif mudah dicerna oleh masyarakat awam," ujar dr Heri Munajib.

Sementara itu Zulfikar As'ad, Ketua Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu), mengungkapkan rumah sakit-rumah sakit NU yang ditunjuk sebagai tempat perawatan pasien Corona, alasan mengapa RS anggota Arsinu mengajukan diri sebagai RS Rujukan. "Dengan mengajukan diri sebagai RS rujukan Covid-19 maka membuktikan bahwa RS anggota Arsinu mempunyai protap yang sudah standar dan sesuai standar WHO," ujarnya.

Satgas NU Peduli Covid-19 dibentuk oleh PBNU, untuk itu Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PP PDNU) melakukan koordinasi dalam melakukan kegiatannya, selain tentunya sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Satgas NU Peduli Covid-19.
 
Hal yang tak kalah menarik disampaikan oleh Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 PBNU dr HM Makky Zamzami, MARS yang mengungkapkan bahwa lockdown harus dimulai dari desa. Karena lumbung pangan ada di desa bukan di kota seperti Jakarta. Apabila desa sampai zona merah maka akan sangat bahaya. 
 
Editor: Kendi Setiawan