Nasional

Dua Hal Ancam Eksistensi Organisasi Menurut Rais ‘Aam PBNU

Sab, 27 Februari 2021 | 18:30 WIB

Dua Hal Ancam Eksistensi Organisasi Menurut Rais ‘Aam PBNU

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan momentum Harlah ini pun harus menjadikan semua elemen NU lebih kuat lagi mempertahankan NU agar menjadi organisasi yang lebih besar, kuat, jaya, dan semakin berwibawa. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa ada dua perkara yang mengancam eksistensi sebuah organisasi. Apabila kedua hal ini sudah menjangkiti, maka akan sulit bangkit untuk hidup kembali. Hal yang menakutkan dan berbahaya ini adalah terlena di saat merasa sudah besar dan mundur di saat organisasi lain sedang menata kemajuannya.

 

“Harlah (menjadi) semacam recharging (menambah daya) untuk memperkuat mentalitas kerohanian kita, merefleksi 98 tahun, apa yang kita alami, pahit getirnya sebuah perjuangan sehingga sebesar ini adalah nikmat yang sangat besar sekali, anugerah dari Allah SWT,” katanya dalam Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-98 Nahdlatul Ulama di Masjid Istiqlal, Sabtu (27/2) malam.

 

Harlah juga harus menjadi momentum untuk mengingat dan mengambil suri tauladan dan para muassis Nahdlatul Ulama yang telah berjuang sehingga saat ini, para penerus NU tinggal memetik buahnya. 

 

“Semua orang memandang Nahdlatul Ulama. Semua mata diarahkan kepada Jamiyyah Nahdlatul Ulama. Tapi jangan terkecoh. Pandangan dan sorotan itu macam-macam. Ada pandangan yang karena kagum kebesaran dan ajaran NU, sehingga ia ingin ikut dalam rombongan besar NU. (Namun) Ada yang mengawasi hanya ingin mengambil manfaat tiap lima tahun sekali,” ungkapnya.

 

Kiai Miftach juga mengingatkan bahwa ada pula yang ingin menggantikan posisi NU dan mendapat giliran seperti Nahdlatul Ulama di Negara Indonesia ini. Sehingga momentum Harlah ini pun harus menjadikan semua elemen NU lebih kuat lagi mempertahankan NU agar menjadi organisasi yang lebih besar, kuat, jaya, dan semakin berwibawa.

 

Sampai dengan umur 98 tahun, lanjutnya, NU telah menghadapi berbagai macam lika-liku perjuangan dan melewati berbagai peristiwa besar. Namun Nahdlatul ulama tetap tegak, tegar, dan semakin berkembang bukan hanya di Indonesia namun di berbagai dunia. Ini menurutnya menandakan bahwa Jamiyyah Nahdlatul Ulama ini diridhoi oleh Allah SWT.

 

Kiai Miftach menjelaskan bahwa NU sebagai ormas terbesar di seluruh dunia ini merupakan Jamiyyah Diniyyah Ijtimaiyyah yang fokus pada aspek keagamaan Ahlussunnah wal Jamaah, amar ma’ruf nahi munkar, dan mabadi khaira ummah yang berpijak pada tasamauh (toleran), tawazun (seimbang), dan tawasuth (moderat).

 

Kebesaran NU sampai saat ini menurut Kiai Miftach harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Karena biasanya sebuah kebesaran akan mewujudkan kemapanan dan di saat itu pula lahir kemunduran-kemunduran. Jika lengah dan berbuat kesalahan, bisa jadi mengakibatkan kehancuran berkeping-keping.

 

“Perjuangan kita tidak pernah henti. Tidak boleh tidur. Justru di saat besar inilah banyak orang yang lupa dan lalai,” jelasnya.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan