Nasional

Dua Pilihan Warga NU di Era Disruptif, Jadi Korban atau Pengendali Teknologi Informasi

Ahad, 1 November 2020 | 00:00 WIB

Dua Pilihan Warga NU di Era Disruptif, Jadi Korban atau Pengendali Teknologi Informasi

Rais Aam meminta kepada generasi muda NU merespons setiap perkembangan yang ada, dengan mempelajari setiap ilmu yang ada pada TI.

Jakarta, NU Online

Istilah disruptif menjadi hal yang tidak asing lagi bagi generasi muda yang lahir tahun 1990-an. Istilah yang ditandai dengan lahirnya kecanggihan Teknologi Informasi (TI) ini menjadi sesuatu yang dinilai menjadi penyebab berubahnya kehidupan manusia di dunia terhadap banyak sektor. 

 

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan, terdapat dua pilihan yang bisa diputuskan warga NU era disruptif ini. Apakah menjadi korban atau menjadi pengendali teknologi informasi. TI katanya saat ini menjadi rumpun ilmu yang penting diketahui anak muda NU agar mampu mengendalikan dunia. 

 

"Perkembangan TI berjalan dengan sangat cepat dan NU telah menyatakan sebagai organisasi yang besar dan terbesar. Menjadi artis di tengah kehidupan ini. Jadi sebagai artis, memegang role (peran) penting dalam kehidupan dan kehidupan di masa kini atau menjadi korban," kata Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat membuka kegiatan Madrasah Teknologi Informasi yang digelar Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTN) PBNU secara virtual, Sabtu (31/10).

 

Sebagai organisasi yang mendorong lahirnya interaksi antarumat manusia di seluruh dunia, NU diharapkan Kiai Miftach menjadi pengendali TI, bukan malah sebaliknya. Untuk mewujudkannya, Rais Aam meminta kepada generasi muda NU merespons setiap perkembangan yang ada. Respons tersebut dapat dilalui dengan mempelajari setiap ilmu yang ada pada TI tersebut. 

 

"Jangan sampai menjadi korban, karena VUCA atau disrupsi adalah problem kehidupan. Ketidakadaan kepastian, situasi yang tidak pasti. Penuh goncangan, disrupsi itu semacam itu," tuturnya. 

 

Jika tidak disikapi perkembangan zaman yang hari ini memberikan dampak sosial di antaranya tingginya angka kebodohan pada masyarakat. Intinya, kata Rais Aam, saat ini memang sudah ada pada zaman dimana dunia ini tergoncang dengan segala persoalan. 


Sementara itu, Ketua LTN PBNU Hari Usmayadi menuturkan, dampak canggihnya teknologi informasi di Indonesia terlihat jelas pada sikap masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari penggunaan alat teknologi. Namun masyarakat terutama warga NU masih belum memahami apa inti perubahan dari teknologi informasi tersebut. 

 

Menurutnya, kegiatan Madrasah TI digelar untuk memberikan kesadaran kepada generasi muda NU sehingga dapat memahami disrupsi teknologi yang terus bergerak. Kemudian target yang diikhtiarkan LTN PBNU yakni kelompok muda NU dapat terlibat dalam medan perkembangan teknologi yang ada. 

 

Dia berharap, para generasi muda NU bisa mempersiapkan diri menjadi pemain di medan disrupsi teknologi. Jika hal itu sudah terjadi, lanjutnya, maka organisasi NU optimis dapat meraih masa depan bangsa Indonesia yang gemilang. 

 

Cak Usma bersyukur, kegiatan itu direspons positif oleh warga NU. Katanya, sudah ada 1.200 peserta yang mendaftar ke panitia. Dia optimis apa yang dilakukan LTN PBNU dapat memberikan pengaruh yang baik untuk generasi muda NU utamanya mengenai pengetahuan teknologi informasi. 

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan