Nasional

Dunia Kedokteran Diminta Tetap Kedepankan Aswaja dan Humanisme

NU Online  ·  Selasa, 2 April 2019 | 16:00 WIB

Semarang, NU Online
Pendidikan kedokteran harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman termasuk di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini. Saat ini teknologi kedokteran sudah merambah sampai aspek pengajaran berbasis virtual reality. Tidak hanya itu, di luar negeri, bahkan fungsi perawat dapat digantikan dan bahkan telah digantikan robot.

Demikian antara lain dikemukakan Ali Ghufron Mukti, direktur jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti, pada kuliah umum Dies Natalis ke-3 Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/4).

Namun, ALi Ghufron juga mengingatkan, meskipun dari aspek keterampilan dan kompetensi dapat diambil alih oleh mesin atau robot, ada yang tidak dapat tergantikan, yaitu aspek humanity. Sentuhan kemanusiaan yang dapat berwujud kasih sayang, kelembutan, empati melalui sikap dan tatapan mata, tutur kata yang menenteramkan dan aspek kemanusiaan lainnya tidak akan dapat digantikan oleh teknologi.

"Nilai kemanusiaan tidak dimiliki oleh robot. Inilah salah satu tantangan pendidikan kedokteran agar teknologi bisa menjangkau sisi-sisi kemanusiaan," tegasnya dalam kuliah umum bertajuk Tantangan Pendidikan Kedokteran dalam Revolusi Industri 4.0 di Gedung FK Unwahas Nongkosawit Gunungpati Semarang.

Sementara itu Rektor Unwahas Mahmutarom menuturkan tentang rencana pengembangan Fakultas Kedokteran Unwahas ke depan. Di era 4.0 ini ada banyak pilihan. Kita dapat terbawa arus perkembangan teknologi yang semakin jauh di depan meninggalkan kita, seolah tak terkejar. Sementara nilai-nilai lokal, teknologi yang berbasis kearifan lokal bisa jadi ditinggalkan.

Akibat dalam mengejar teknologi yang tidak kesampaian, sementara nilai-nilai yang dimiliki justru hilang karena ditinggalkan. FK Unwahas diharapkan tidak demikian.

Nilai-nilai Aswaja menggariskan untuk tetap memegang tradisi lama yang baik dengan tidak menolak perkembangan baru yang lebih baik dalam pengembangan iptek, termasuk di bidang kedokteran.

"Kajian-kajian herbal terus dikembangkan sebagai kekayaan warisan leluhur dengan menggunakan kajian teori modern. Dengan penggabungan ini diharapkan mampu menjadi pionir dalam pengembangan ilmu kedokteran ke depan," tegasnya.
   
Dari sisi sumber daya manusia, menurut Dekan FK Unwahas Endang Ambarwati, sebagai prodi baru, SDM tenaga pendidik terus ditingkatkan, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Di samping itu proses evaluasi pembelajaran juga dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku, serta ditunjang dengan prasarana laboratorium yang memadai. 

Ia juga menjelaskan, kampus ini akan terus dikembangkan untuk gedung FK unit dua dan gedung Fakultas Farmasi.

"Dengan luas lahan sekitar 20 hektar di lokasi kampus 3 wilayah Nongkosawit ini, kebutuhan lahan tidak menjadi kendala berarti," jelasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh unsur Yayasan Wahid Hasyim, para pejabat Unwahas, serta ratusan mahasiswa FK. (Imam Syafaat/Kendi Setiawan)