Nasional KHUTBAH JUMAT

Empat Prinsip Ajaran Pengorbanan

Jum, 21 Agustus 2015 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ada berbagai macam pengorbanan yang bisa kita sumbangkan untuk agama kita. Di antaranya adalah waktu, kerja keras, harta, materi, kekayaan, ilmu pengetahuan, kehidupan dan diri kita sendiri.
<>
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abdurrahman Mas’ud mengatakan hal tersebut saat didaulat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Al-Ikhlas kantor Kemenag Jl MH Thamrin Jakarta Pusat, Jumat (21/8).

Menurut dia, setidaknya ada empat prinsip yang melandasi ajaran pengorbanan. Ajaran pengorbanan yang sebenarnya adalah tatkala kita melakukan korban dilandasi dengan empat prinsip. Pertama, kita butuh waktu karena kesibukan sehari-hari tapi tetap harus ingat  waktu sosial untuk silaturrahim bersama.

“Kedua, kita perlu uang, tapi tetap kita sisihkan untuk amal sosial bagi fuqara masakin. Ketiga, kita perlu harta milik dan kekayaan, tapi tetap membagikan pada mereka yang bernasib malang. Keempat, kita cinta pada diri kita sendiri, tapi kapan saja di mana saja siap berjuang, berkorban di jalan Allah untuk meraih kasih sayang-Nya,” ujar Alumnus Madrasah Qudsiyyah Kudus ini.

Selaku khatib, Abdurrahman Mas’ud mengajak para jamaah untuk berkorban di jalan Allah dengan cara meneladani para sahabat Nabi sebagai bagian dari heroisme yang sangat menyentuh hati. Ia menceritakan seorang sahabat Nabi yang memberi penghormatan kepada tamu (ikram al-duyuf).

Rupanya, lanjut doktor jebolan Amerika ini, sang tuan rumah hanya memiliki persediaan makan terbatas untuk keluarga. Sang ibu pun menyuruh anaknya segera tidur tanpa makan malam. Sang ayah lalu mematikan lampu seraya mempersilakan tamunya dengan pura-pura ikut makan lantaran persediaan terbatas.

“Malam pun berlalu ketika satu keluarga berkorban untuk tidak memenuhi kebutuhan makan demi sang tamu. Inilah contoh orang-orang saleh yang perlu kita renungkan dan teladani dalam kehidupan modern yang tumpul dengan pengorbanan-pengorbanan,” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)