Nasional

Era Digital Santri Perlu Perkuat Branding

Sab, 31 Oktober 2020 | 05:15 WIB

Era Digital Santri Perlu Perkuat Branding

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur (Foto: Istimewa)

Semarang, NU Online

Santri sudah cukup ahli dalam berselancar di dunia digital. Mereka juga sudah bisa dan mampu berperan aktif dalam ranah dunia digital. Akan tetapi, mereka masih kalah dalam masalah branding.

 

"Kekalahan yang sering terjadi oleh santri bukan masalah konten, namun persoalan branding," ungkap Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur.

 

"Seringkali santri hanya melihat isinya, tanpa memperhatikan cover-nya. Seharusnya masalah cover juga perlu diperhatikan untuk bisa mem-branding diri," katanya saat Refleksi Kebangsaan Santri Santri Millenial, Sigap di Era Digital yang diselenggarakan oleh Tim KKN DR 75 Program Unggulan UIN Walisongo Semarang, Jumat (30/10).


Penulis novel Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El Shirazy menyatakan gagasannya bahwa setiap santri sudah memiliki dasar (keilmuan) yang kuat, otomatis dalam menghadapi masalah yang ada mereka juga siap.


"Jika santri sudah memiliki bekal berupa basic (keilmuan) yang kuat atau kokoh, otomatis di sisi lain ketika santri ingin berperan di mana pun akan tegar menghadapi permasalahan yang ada, terutama pada masalah interaksi sosial," ungkapnya.

 

Salah satu nilai positif yang dimilki santri selain persoalan ilmu, santri juga memiliki nilai plus yaitu riyadhoh. "Semakin kuat riyadhoh seorang santri, itulah yang nantinya menjadikan perbedaan antara santri dengan yang lainnya," tegasnya.


Karena itu, lanjut Habibursahman, kekhasan seorang santri tidak boleh luntur terkhusus pada era digital seperti sekarang ini. "Ingatlah pada kaidah Al Muhafadzatul alal Qadimis Shalih, wal Akhdu bil Jadidil ashlah. Mempertahankan hal lama yang baik, mengambil hal baru yang baik," lanjutnya.
 

Najhaty Sharma penulis Novel Dua Barista yang sebagai narasumber pemungkas kegiatan tersebut mengungkapkan, dalam dunia digital semua orang memiliki kesempatan yang sama.

 

"Perlu kita sadari bahwa dalam dunia digital seperti sekarang ini, semua orang memiliki kesempatan dan peran yang sama, yaitu semua orang mampu dan bisa melakukan hal-hal yang mereka inginkan," terangnya.


Alumni Pesantren Al Falah Ploso ini juga mengatakan setiap santri perlu berkolaborasi dan bersilaturahim untuk bertukar pikiran dan pendapat antar satu santri dengan santri yang lain.


"Kuncinya seseorang ingin meraih sesuatu adalah ia harus berani bergerak. Mencoba membangun relasi, berkolaborasi, dan bersilaturrahmi untuk bertukar ide dan gagasan agar dapat menciptakan inovasi-inovasi baru di dunia digital," pungkasnya.

 

Kontributor: Rizal
Editor: Kendi Setiawan