Nasional

Gus Baha Terkagum pada Cara Ulama NU Menanamkan Nilai Fiqih di Ruang Publik

Rab, 16 September 2020 | 17:30 WIB

Gus Baha Terkagum pada Cara Ulama NU Menanamkan Nilai Fiqih di Ruang Publik

para kiai berhasil menanamkan entitas agama ke dalam kehidupan masyarakat sampai nilai-nilai politik pun harus bersama nilai-nilai agama.

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah PBNU KH Bahaudin Nursalim (Gus Baha) mengaku sering menangis karena terkagum pada konsep fiqih yang diterapkan para ulama Nusantara khususnya gurunya yakni KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). Menurut Gus Baha, para ulama Indonesia telah berhasil menanamkan sebuah entitas agama menjadi tolok ukur dalam kehidupan bangsa.


“Sekarang calon bupati kok ndak shalat, itu ndak keren. Ndak dipilih. Gubernur kok terkenal nggak shalat itu pasti ndak dipilih,” katanya saat berbicara pada Stadium General dan Ta'aruf Santri di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 dan STAI Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Rabu (16/9) malam.


Menurutnya, para kiai berhasil menanamkan entitas agama ke dalam kehidupan masyarakat sampai nilai-nilai politik pun harus bersama nilai-nilai agama. “Pejabat kok ketahuan selingkuh. Habis,” ungkapnya.


Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang dalam agama masuk dalam kategori kemunkaran atau keburukan juga dinilai sebagai keburukan dalam perspektif politik Indonesia. Keberhasilan konsep fiqih para ulama itu pun terwujud tanpa membuat Indonesia ini menjadi negara Islam. Menurutnya, ini merupakan berkah dari keistiqamahan para ulama dalam perjuangan.


“Kurang apanya coba ijtihad guru-guru kita yang luar biasa ini?” kata Gus Baha pada kegiatan bertema Menjadi Santri Mbah Moen di Perguruan Al-Anwar 3.


Dengan perjuangan para ulama yang tak kenal lelah ini, aura keislaman di Indonesia sangat terasa di antaranya terwujud pada banyaknya simbol-simbol fisik Islam seperti masjid dan tempat ibadah.


Sementara salah satu putra Mbah Moen, KH Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), mengatakan bahwa para ulama telah mengajarkan kepada masyarakat Indonesia bahwa menjadi ulama tidak hanya berbicara tentang kitab. Menjadi ulama juga harus berbicara tentang hal-hal lain seperti kenegaraan.


“Kita tahu bahwa di Indonesia ini tidak hanya satu agama, tidak hanya satu suku. Tapi ulama bisa mewarnai itu,” kata Gus Yasin yang kini diamanahi sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah ini.


Gus Yasin mengajak seluruh santri dan murid Mbah Moen serta para ulama lainnya untuk bisa memberi manfaat yang banyak di tengah masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan berkiprah di berbagai lini kehidupan.


“Bukan hanya mengajar saja di kelas, tapi juga bisa memberikan pelajaran di semua sektor,” ia berharap.


Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Alhafiz Kurniawan