Nasional

Gus Fahrur Harap LD PBNU Perbanyak Konten Dakwah yang Ramah

Jum, 20 Mei 2022 | 14:00 WIB

Gus Fahrur Harap LD PBNU Perbanyak Konten Dakwah yang Ramah

Ketua PBNU KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) saat memberikan pengarahan pada serah terima jabatan Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) 2022-2027 di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (19/5/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) mengatakan bahwa problem dakwah bukan hanya ceramah dan berpidato. Namun terdapat banyak hal yang bisa dilakukan NU di dalam bidang dakwah. 


Lebih lanjut, Gus Fahrur menegaskan bahwa terdapat banyak hal yang bisa dilakukan untuk berdakwah. Ia mengatakan, kesejukan dakwah yang dibawa NU menjadi dambaan setiap orang. 


Karena itu, Gus Fahrur berharap LD PBNU mampu memperbanyak konten-konten ramah dalam berdakwah. Ia mengimbau agar warga dan pengurus NU tak perlu bermusuhan dengan banyak pihak.


“Konten-konten ramah mesti kita perbanyak. Kita tidak perlu bermusuhan dengan banyak pihak. Banyak hal yang kita lakukan untuk mengajak semua orang, bersama-sama dengan kita,” ungkap Gus Fahrur saat memberikan pengarahan dalam acara serah terima jabatan (sertijab) Lembaga Dakwah (LD) PBNU dari kepengurusan masa khidmah 2015-2021 kepada masa khidmah 2022-2027, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, pada Kamis (19/5/2022). 


Gus Fahrur lantas mengutip ungkapan Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar bahwa berdakwah itu harus mengajak bukan mengejek, mencintai bukan membenci, dan membela bukan menjauhkan.


“Jadi ada banyak hal yang kita lakukan untuk mengajak semua orang, bersama-sama dengan kita. Kita berharap, ke depan kita bisa terus bekerja sama dengan baik dan kita jaga silaturahim dengan sebaik-baiknya,” kata Gus Fahrur. 


Citra Islam yang sejuk 


Gus Fahrur lantas bercerita tentang cara berdakwah yang baik dan membawa citra Islam yang sejuk. Ia kemudian bercerita bahwa beberapa hari lalu diundang Deddy Corbuzier untuk berdiskusi mengenai fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang sempat jadi perbincangan publik. 


Di dalam siniar (podcast) yang berlangsung selama lebih dari satu jam itu, Gus Fahrur mengatakan bahwa zaman dulu para ulama datang dari Timur Tengah ke Indonesia dengan menempuh waktu perjalanan selama enam bulan untuk menyampaikan kebenaran. 


Namun, Deddy Corbuzier hanya melalui siaran di kanal Youtube bisa berdakwah dengan dilihat oleh 18 juta pelanggan (subscriber). Gus Fahrur kemudian mengatakan, Deddy Corbuzier memiliki kesempatan berdakwah lebih baik dari dirinya. Sebab Gus Fahrur setiap hari mengajar hanya kepada 1500 santri di pesantren, sedangkan Deddy Corbuzier bisa mengajar pada jutaan orang. 


“Makanya kemarin saya bikin statement (pernyataan) untuk merangkul Deddy Corbuzier. Karena dia mualaf, dia harus kita bawa, kita rangkul. Karena kalau kita musuhi, rugi sekali. Jadi seperti itu harus kita ajak,” ungkap Gus Fahrur.


Gus Fahrur mengaku sebelumnya tidak mengenal Deddy Corbuzier karena belum pernah bertemu. Hanya saja, ia sempat diwawancarai mengenai konten Youtube Deddy Corbuzier yang mengangkat soal fenomena LGBT yang memicu perdebatan publik. 


“Kalau dia sudah minta maaf mesti dimaafkan. Itu konten sudah di-takedown, dia sudah minta maaf, ya sudah dia harus dimaklumi. Semua orang ada salahnya. Satu kesalahan tidak boleh menghapus seribu kebaikan,” ungkap Gus Fahrur.

 
“Ternyata berita itu dibaca Deddy Corbuzier. Dia kemudian mencari saya, dia merasa tidak kenal tapi kenapa saya mau belain dia. Saya katakan, kita ini bersama-sama. Jadi anda berdakwah di podcast, saya berdakwah di pesantren. Semua orang bisa berdakwah dengan kapasitas masing-masing,” imbuhnya.


Pada hari kedua, Gus Fahrur melihat sudah terdapat 1,2 juta orang yang menonton konten diskusinya bersama Deddy Corbuzier. Di konten tersebut ada sekitar 8000 komentar. Gus Fahrur kemudian membaca satu persatu komentar itu. 


“Rata-rata semua memuji NU. Mereka mengatakan, inilah Islam yang benar, inilah Islam yang sejuk, inilah Islam yang ramah, kami bangga jadi NU. Bahkan Deddy Corbuzier mengatakan, karena Islam seperti inilah saya jadi mualaf,” kata Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Bululawang, Malang, Jawa Timur itu.


Dakwah tidak pernah selesai 


Sementara itu, Wakil Sekretaris LD PBNU KH Ahmad Nurul Huda (Enha) mengatakan bahwa para pengurus di LD PBNU berada dalam ikatan dakwah yang tidak pernah selesai. Sebab, seorang dai tidak pernah mengenal pensiun. 


“Perjalanan dakwah yang terus-menerus itu digambarkan dalam satu ungkapan para ulama yaitu thulutut-thariq wa katsratul awaiq. Jalannya panjang, mendaki dan berliku. Kita berada di LD PBNU adalah amanah yang diberikan kepada kita,” ungkap Kiai Enha. 


Menurutnya, saat seseorang sudah menjatuhkan niat untuk menjadi aktivis dakwah maka telah berada di dalam pujian Allah sekaligus menjadi sebuah peringatan agar tidak berlemah dan bersedih hati. 


“Menjadi seorang du’at (pendakwah) adalah pilihan dan berada di LDNU juga adalah kehendak Allah bagi kita semua. Insyaallah hidup kita berada di LDNU hingga mati kita tercatat sebagai pejuang LDNU,” pungkas Kiai Enha


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF