Nasional

Gus Ghofur Jelaskan Empat Hikmah Pandemi Covid-19

Jum, 9 Juli 2021 | 09:00 WIB

Gus Ghofur Jelaskan Empat Hikmah Pandemi Covid-19

Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Ghofur Maimoen. (Foto: Facebook Abdul Ghofur Maimoen)

Jakarta, NU Online


Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Ghofur Maimoen mengatakan bahwa sakit di tengah pandemi membawa beberapa hikmah. Pertama, sakit sebagai kafarat.


“Kalau individu atau masyarakat sakit anggap saja kafarat bersama. Umat ini telah banyak melalaikan Allah sehingga fase sakit ini tidak lagi milik individu tetapi milik jamaah,” jelasnya dalam acara Munajat untuk Bangsa Melambungkan harapan, redakan duka yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Gerakan Pemuda Ansor, Kamis (8/7) malam.


Kedua, dengan sakit bisa menghargai betapa pentingnya kesehatan. “Kalau kita sakit bisa menghargai betapa pentingnya kesehatan karena nikmat sehat itu luar biasa,” kata putra kelima KH Maimoen Zubair itu.


Ketiga, dengan sakit, kita merasa betapa tidak berdayanya manusia di hadapan kekuasaan Allah SWT. Pandemi ini momentum taubat secara berjamaah agar mengetahui betapa tidak ada apa-apanya manusia di hadapan Allah SWT.


Keempat, sakit memberikan arti kemampuan dan kesehatan bukan sesuatu yang melekat sepenuhnya pada diri. Itu semua sewaktu-waktu bisa diambil oleh Allah. Sakit diibaratkan Gus Ghofur seperti sedang berhenti di halte-halte kehidupan untuk merenungi kehidupan selanjutnya setelah sehat kembali.


“Kita sedang berada pada halte istirahat untuk merenung kembali agar lebih baik setelah melewati semuanya. Sakit itu bukan untuk dipuja tapi sebagai perenungan untuk kita sehat kembali. Kita tidak pernah doa meminta sakit maka kita tetap berusaha untuk sehat,” kata kiai yang akrab disapa Gus Ghofur itu.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pandemi merupakan problem bersama untuk saling tafakur atau merenung agar ke depannya saat sehat bisa menyatukan kembali visi di antara umat Islam. Dalam menghadapi itu semua, ia meminta untuk tidak jalan sendiri-sendiri. “Problem ini harus diselesaikan bersama antara pimpinan dan rakyat. Keduanya saling bahu-membahu agar tidak terus menyalahkan satu sama lain,” katanya.


Saat ini, masyarakat sedang sakit mengingat ditimpa pandemi sehingga jika tidak bersatu, maka akan muncul masalah. Oleh karena itu, ia berpesan agar semua elemen menjadi contoh yang baik dalam menghadapi pandemi.


Lebih lanjut, Gus Ghofur menegaskan bahwa semua eleman anak bangsa harus menyadari bahwa hari ini kita sedang sakit. Bukan hanya sakit individu, tetapi jamaah sehingga patut untuk merenung bersama. Menurutnya, tidak ada perenungan yang mendalam jika kita tidak ditimpa rasa sakit terlebih dahulu.


Doktor jebolan Universitas Al-Azhar Mesir ini mengungkapkan, sakit merupakan bagian dari kodrat kehidupan karena itu setiap individu pernah mengalami sakit, kalau tidak sakit akan berkurang perasaannya sebagai hamba alias sombong. “Dulu Fir’aun tidak pernah sakit sebab itu ia sombong dan mengaku dirinya sebagai Tuhan,” ungkapnya.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syakir NF