Nasional

Gus Mus Terangkan Rahmat Allah kepada Mukmin yang Sakit dan Bepergian

Jum, 14 Januari 2022 | 15:00 WIB

Gus Mus Terangkan Rahmat Allah kepada Mukmin yang Sakit dan Bepergian

Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)

Jakarta, NU Online
Sehat merupakan kondisi fisik maupun psikis yang terbebas dari penyakit. Kondisi tersebut merupakan aset berharga yang dimiliki oleh manusia. Seorang yang sehat dapat menjalankan aktivitas dengan lancar, menghidupkan hari-hari dengan produktif. Namun, tidak selamanya orang diberi kesehatan.

 

Berkenaan dengan sakit, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus menerangkan keistimewaan yang Allah berikan kepada seorang mukmin yang sakit dan bepergian.

 

Gus Mus lalu memberikan penjelasan berkenaan tentang keistimewaan mukmin yang sakit dan bepergian. Penjelasan tersebut bersandar pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Musa al-Asy’ariy ra.

 

“Diriwayatkan dari Sahabat Abu Musa al-Asy’ariy ra beliau berkata: ‘Rasulullah pernah berkata: ‘Ketika seorang hamba sedang sakit, atau sedang bepergian, maka dicatatkan untuknya apa yang biasa dilakukan ketika tinggal/tidak bepergian dan saat sehat,’’ terangnya dalam dalam tayangan Jimat Gus Mus di kanal YouTube Gus Mus Channel, dilihat NU Online, Jumat (14/1/2022).

 

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini mencontohkan beberapa amalan baik yang dilakukan saat sehat seperti shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah, tahajud, hingga silaturahmi akan tetap tercatat ganjarannya meskipun pelaksanaannya terhenti karena keadaan tubuh yang sedang sakit.

 

“Apa saja yang baik-baik itu, yang ketika kamu sehat bisa kamu lakukan sebagai kebiasaanmu, lalu pada waktu sakit kamu tidak bisa melakukan, maka itu dicatat sebagaimana ketika kamu sehat,” papar kiai kelahiran Rembang itu.

 

Demikian pula berlaku pada seorang mukmin dalam perjalanan atau bepergian jauh. Maka, amalan-amalan baik yang rutin terlaksana saat sedang tinggal atau tidak dalam perjalanan akan tetap tercatat.

 

“Ketika bepergian kamu tidak bisa melakukan itu semua, maka tetap dicatat seperti kamu sedang membaca Al-Qur’an dan lainnya, itu kemurahan dari gusti Allah. Gusti Allah itu memang dengan hamba-Nya Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Orang tidak melakukan apa-apa dicatat seperti melakukan apa-apa. Kemurahan dari gusti Allah sampai seperti itu. ” terangnya.

 

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa hal tersebut berlaku bagi seorang mukmin yang barang tentu rutin melakukan amalan-amalan baik tersebut. Bukan dalam intensitas ibadah yang rendah.

 

“Tapi ini yang kebiasaan, yang biasa kamu melakukannya. Kalau kamu tidak pernah melakukan, atau melakukan hanya sekali saja, ya jangan berharap. Pergi-pergi terus lalu bilang, 'lumayan lah, pergi terus nggak beramal tapi dapat catatan amalnya,’” kelakar Gus Mus.

 

Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi