Nasional

‘Awas Manusia’ Karya Gus Mus Sajikan Cerita Menarik untuk Anak

Ahad, 17 Oktober 2021 | 23:30 WIB

‘Awas Manusia’ Karya Gus Mus Sajikan Cerita Menarik untuk Anak

Ilustrasi: cintaiotakmubook/instagram

Jakarta, NU Online
Manusia diberi perangkat hati untuk merasa dan akal untuk berpikir. Demikianlah keutamaan manusia atas makhluk Allah yang lainnya. Manusia memiliki kedudukan tertinggi di antara tingkatan makhluk yang lebih rendah di bawahnya, yaitu binatang, tumbuhan, dan makhluk hidup yang tak bernyawa seperti batu, kayu, dan pasir.


Hal itu diungkapkan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), penulis buku ‘Awas Manusia’ dalam acara bedah buku bersama para pembacanya yang rerata masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Semesta Kreatif Alala secara daring, Ahad (17/10) pagi.


Gus Mus menyuguhkan cerita tentang keistimewaan manusia dari sudut pandang binatang. Ia berimajinasi jika binatang-binatang yang menjadi tokoh utama dalam bukunya tersebut berdialog tentang keunggulan manusia yang tidak dimiliki oleh kaum sebangsanya.


Cerita tersebut bermula dari kegelisahan seekor bebek yang tak pernah terlihat gembira. Wajahnya senantiasa murung saat berjalan. Kepalanya selalu menoleh ke kanan dan kiri, seolah ada seseorang yang tengah mengintai dan mengejarnya dari belakang. Sikapnya tersebut sangat beralasan, karena ia hidup sendirian. Pada saat bersamaan, ia selalu teringat nasihat orang tuanya.


“Awas anakku, ada suatu makhluk di dunia ini yang harus kau hindari. Sedapat mungkin kamu tidak bersua dengannya. Makhluk itu tidak seseram dan sesangar raja kita, harimau. Tidak bertanduk seperti banteng. Tidak pula berbisa seperti ular. Namun, dia lebih berbahaya dari semuanya. Kita para binatang menyebutnya manusia,” tutur Gus Mus berintonasi layaknya seorang pendongeng.


Makhluk ini, lanjut Gus Mus, sungguh luar biasa. Di saat mengantuk pun ia bisa mendapatkan ikan. Dengan sebelah mata bisa mengenai burung di udara. Bahkan, dengan tipu dayanya bisa menundukkan gajah yang berukuran besar. Gajah dalam pertunjukan sirkus bisa takluk karena perintahnya. Ia duduk, main bola, dan berjalan ke sana sini karena ulah manusia. 


“Mereka semua dikalahkan oleh manusia lantaran ia memiliki akal untuk berpikir. Oleh karena itu, buku ini diberi judul ‘Awas Manusia’ sebagai ungkapan kewaspadaan para binatang terhadap manusia yang jelas-jelas diberikan keunggulan oleh Allah berupa akal dan hati sehingga bisa menaklukkan semua binatang,” tandas kiai yang gemar melukis ini. 


Melalui buku awas manusia ini, Gus Mus ingin menyampaikan kepada para pembaca bahwa manusia sangatlah istimewa dibandingkan makhluk lainnya asalkan berbuat menggunakan akal dan hatinya. Jika tidak, maka ia tidak lain seperti hewan bahkan lebih buruk dari binatang.


“Maka dari itu, cara terbaik mensyukuri anugerah Allah itu dengan menggunakan akal serta nurani sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Diberi akal harus digunakan untuk berpikir, diberi nurani juga harus dipergunakan untuk merasa,” tegasnya.


Pada kesempatan diskusi tersebut, cendekiawan NU Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) yang tidak lain merupakan menantu Gus Mus, turut memberikan apresiasi terhadap buku karya KH Mustofa Bisri tersebut. 


“Buku ini bagus, diproduksi dengan kualitas buku yang memuaskan, pilihan font, dan ilustrasinya pun sesuai. Saya berharap Alala bisa menerbitkan kembali buku anak-anak serta mendorong para penulis di Indonesia untuk menulis buku anak. Karena saya kira saat ini masih kurang sekali orang-orang yang menerbitan buku anak-anak,” tandasnya.


Kontributor: A Rachmi Fauziah
Editor: Musthofa Asrori