Nasional

Gus Muwafiq dan Veve Zulfikar Bakal Semarakkan Munas dan Konbes NU

NU Online  ·  Selasa, 26 Februari 2019 | 08:25 WIB

Banjar, NU Online
Ulama kondang KH Ahmad Muwafiq dan penyanyi religi Veve Zulfikar bakal ikut menyemarakkan perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2019 di Pondok Pesantren Miftahul Huda Citangkolo, Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat.

Mereka akan sama-sama tampil pada 1 Maret 2019 pukul 19.00 WIB mendatang. Gus Muwafiq bakal mengisi taushiyah agama dan kebangsaan, sedangkan Veve Zulfikar akan membawakan lagu-lagu religi. Keduanya akan tampil dalam acara bertajuk shalawat dan pengajian akbar.

Sebelum resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (27/2) besok, sekitar arena Munas dan Konbes NU yang mengangkat tema Memperkuat Ukhuwah Wathoniyah untuk Kedaulatan Rakyat ini telah diramaikan oleh pasar rakyat di sepanjang jalan sekitar pesantren.

Beberapa kegiatan yang diinisiasi Nahdliyin juga bakal turut memeriahkan perhelatan Munas di antaranya kegiatan NU Expo, Bazar, bedah buku, seminar dan diskusi ilmiah, ngaji pengelolaan sampah bareng LPBINU, Kopdar Nasional Netizen NU, dan kegiatan-kegiatan produktif lainnya.

Sebelumnya, Ketua Pelaksana Munas dan Konbes H Eman Suryaman mengatakan, Munas dan Konbes kali ini akan membahas beragam persoalan keumatan mulai sampah plastik, pajak perusahaan daring (online), kekerasan seksual, perusahaan air dalam kemasan yang menyebabkan kekeringan, hingga konsep Islam Nusantara. 

“Masalah sampah plastik merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani. Memang dampaknya lambat-laun, tapi itu berkaitan langsung dengan kehidupan di muka bumi ini. Indonesia termasuk penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, terutama ke laut,” jelasnya.    

Para ulama, lanjut Eman, akan mengemukakan pendapat-pendapatnya untuk menjawab pertanyaan bagaimana hukum membuang sampah plastik yang menyebabkan terganggunya sistem di muka bumi ini? Bagaimana pula hukum perusahaan yang memproduksinya? 

“Para ulama akan membahas itu berdasarkan teks-teks kitab klasik yang selama ini diajarkan di pesantren-pesantren,” katanya. (Fathoni)