Nasional

Gus Nadir Sebut Tiga Prinsip Keimanan dalam Bermasyarakat

Ahad, 27 Juni 2021 | 06:00 WIB

Gus Nadir Sebut Tiga Prinsip Keimanan dalam Bermasyarakat

Rais Syiriyah PCINU Australia-New Zealand, Prof Nadirsyah Hosen. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online 
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdaltul Ulama (PCINU) Australia-New Zealand, Nadirsyah Hosen menyampaikan tiga prinsip keimanan yang harus dipegang setiap orang agar terhindar dari perbuatan mencaci keimanan orang lain.

 

Pertama, dalam hadist shahih riwayat Abu Hurairah, Rasulullah menerangkan siapa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam,” terang Gus Nadir dalam acara Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-30 Ikatan Mahasiswa Nahdliyyin (Iman) yang digelar secara virtual, Sabtu (26/6).

 

Gus Nadir mengaitkan nasehat tersebut dengan fenomena saat ini. Menurutnya, di media sosial hari ini banyak orang yang tidak tahan untuk tidak mencaci maki orang lain karena perbedaan pendapat, sikap politik sampai pemberian label. Padahal, ucapan baik atau diam juga dikaitkan dengan persoalan keimanan sesorang.

 

“Jadi, jangan disangka perbuatan mencaci maki, menghina, mengeluarkan kata kasar tidak akan mengganggu keimanan kita,” ungkap penulis buku Kiai Ujang di Negeri Kanguru itu.

 

Dalam kegiatan yang mengusung tema Memperkuat Iman Sebagai Pondasi Islam Nusantara di Era Pergeseran Masa ini, Gus Nadir mendorong masyarakat agar menghormati orang lain meskipun penampilannya berbeda, sebab hal itu bisa mengganggu kualitas keimanan kita.

 

Kedua, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah menghormati tetangganya. Dalam hal ini, Gus Nadir mengingatkan bahwa jika ada sebuah lingkungan yang masyarakatnya rusak, kita tidak perlu membencinya apalagi sampai tidak mau menghormati tetangga.

 

“Lalu apakah menghormati tetangga hanya yang seagama saja?, tidak. Siapapun wajib dihormati dan dimuliakan,” tuturnya.

 

Gus Nadir melihat hari ini banyak orang semakin alim semakin rusak hubungannya dengan sesama manusia. Misalnya, mereka kerap menatap orang lain dengan pandangan curiga, mahluk berdosa yang harus masuk neraka, ini berbahaya dan bisa mengurangi keimanan.

 

Ketiga, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamu. Cara kita memuliakan tamu merupakan bagian dari keimanan kita,” imbuhnya.

 

Oleh karena itu, ia meminta semua orang agar bisa berbuat baik kepada tamu, baik tamu yang masuk ke rumah, lingkungan atau negara. Tiga hal ini menunjukkan bahwa hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan juga bagian dari aplikasi keimanan.


Ia juga berpesan agar tidak menghakimi keimanan orang lain apalagi sampai mengkafirkan sebab Rasulullah sudah mewanti-wanti jika ucapan kafir tidak terbukti akan kembali kepada orang tersebut.

 

“Kita harus berhati-hati mencaci keimanan orang lain,” pungkasnya.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Aiz Luthfi