Nasional

Gus Nadir Usul Kiai-kiai Pesantren Jadi Dosen di Kampus NU

Ahad, 16 Agustus 2020 | 08:00 WIB

Gus Nadir Usul Kiai-kiai Pesantren Jadi Dosen di Kampus NU

Rais PCINU Australia-Selandia Baru, KH Nadirsyah Hosen

Jepara, NU Online

Rais Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru, KH Nadirsyah Hosen mengusulkan kepada pengelola kampus Nahdlatul Ulama (NU) agar menghadirkan kiai-kiai pesantren menjadi dosen tamu di kampusnya.

 

"Kiai-kiai pengelola pesantren harus dihadirkan sebagai dosen di kampus NU, ajak mahasiswa baru ziarah wali, undang ustadz pesantren jadi dosen tamu,"  ujarnya saat menjadi narasumber dalam Webinar Nasional yang diselenggarakan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Jawa Tengah  Jumat (14/8) siang.

 

Selain itu lanjutnya, perpus kampus dibuka untuk umum dan pesantren, masyarakat yang punya koleksi buku bisa ditaruh di perpus kampus, dan taman bacaan masyarakat saling sinergi dengan pihak kampus.  

 

Disampaikan, untuk menjdikan kampus NU di cintai dan dibutuhkan masyarakat, dirinya menekankan sembilan hal untuk mensinergikan jamiyah,  jamiah, dan jamaah NU.  "Ada 9 hal untuk bisa mensinergikan jamiyah, jamiah, dan jamaah Nahdlatul Ulama," ujarnya. 

 

Pertama menurut kiai muda yang akrab disapa Gus Nadir ini menciptakan university based community (kampus berbasis komunitas). Komunitas-komunitas tersebut dari komunitas pesantren, nelayan, ojek online (ojol), profesional, dan lain-lain.  

 

"Kedua, setelah mewujudkan kampus berbasis komunitas,  prodi program studi yang ditawarkan. Jepara tentu beda dengan Bandung," katanya dalam Webinar bertajuk 'Sinergi Jamiyah, Jamiah, dan Jamaah NU,  Merupa Peradaban Islam Nusantara'.  

 

Gus Nadir pun bertanya, jika prodi Kampus NU sama dengan kampus lain lalu apa bedanya? "Kiai Said menyebutnya kekhasan, kalau saya menyebutnya Comparative Advantage. Maka jangan karena bangunan kampus NU kalah dengan kampus Muhammadiyah lantas tidak ada perbedaan," tegas Gus Nadir. 

 

Dikatakan, dalam sejarahnya Unisnu pernah dipimpin Rektor KH Sahal Mahfudh.  Jelas lanjut penulis buku 'Saring Sebelum Sharing' ini ada kaitan erat antara kampus dan pesantren. 

 

"Selain Unisnu, di daerah lain ada juga Universitas Darul Ulum, Universitas Wahid Hasyim, maupun Ma'had Aly. Sehingga, poin ketiga, keduanya perlu saling sinergi bukan malah rebutan target market," tegasnya.  

 

Hal yang keempat lanjutnya, kajian riset berbasis pengembangan masyarakat.  Kelima, PBNU agar mengumpulkan dosen dan peneliti NU untuk menjadi mentor di kampus NU.  "Mentor bisa kolaborasi riset, webinar, dan sejumlah kolaborasi yang lain," ucapnya. 

 

Ditambahkan Dosen di Monash University ini poin keenam, PBNU agar melobi pengusaha nasional mengajukan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pelatihan kampus NU siap kerja. Juga saling sinergi membuat konten game aswaja, youtube, dan produk digital yang lain.  

 

"Ketujuh, penguasaan Aswaja untuk mahasiswa dan dosen. Mahasiswa UNU harus bisa tahlil. Alumni UNU jangan bilang gak bisa pimpin tahlil. Jika di kampus Muhammadiyah ada mata kuliah ke-Muhammadiyahan dan training 3 hari, maka penguasaan Aswaja harus jadi kekhasan dan menjadi standar berbasis local wisdom dari kampus berbasis komunitas NU," tandasnya.  

 

Dua point terakhir, kedelapan PBNU juga harus membina kampus komunitas NU.  "Dan kesembilan PBNU harus punya kampus unggulan dan percontohan. Saya usul agar kampus Unisnu dideklarasikan PBNU jadi kampus unggulan dan percontohan," pungkas Gus Nadir. 

 

Dalam kegiatan yang diikuti ratusan peserta ini juga disyiarkan langsung via youtube Unisnu Jepara dan NU Channel.  

 

Selain Gus Nadirsyah Hosen Webinar yang digelar memperingati Harlah Unisnu ke-29 ini juga menghadirkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sebagai Keynote Speaker dan Mendikbud RI era 2009-2014, KH Muhammad Nuh sebagai narasumber.  

 

Kontributor: Syaiful Mustaqim
Editor: Abdul Muiz