Nasional

Gus Yahya: Fungsi Utama NU Jadi Pemandu Jamaah

Sel, 21 Juni 2022 | 10:30 WIB

Gus Yahya: Fungsi Utama NU Jadi Pemandu Jamaah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa fungsi Nahdlatul Ulama dilahirkan adalah guna memandu dan membimbing umat dalam menjalankan agama Islam dengan baik.


"Satu hal yang kita ingat, fungsi NU adalah panduan bimbingan agama bagi jamaahnya," kata kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu pada Pembukaan Rapat Pleno PBNU dan Kick Off Peringatan Harlah Satu Abad NU di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (20/6/2022).


Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan para pendiri NU lainnya, lanjut Gus Yahya, mendirikan NU ini bukan membangun jaringan rumah sakit atau untuk mendirikan SMK, bukan pula untuk mendirikan toko atau koperasi, tetapi untuk memberikan bimbingan agama bagi umat.


Dalam hal ini, para jamaah Nahdliyin di dalam melaksanakan kehidupan beragama perlu mengambil referensi atau pegangan hal-hal yang disampaikan NU.


Hal demikian ini, terangnya, bisa dilihat dari pembukaan qanun asasi yang merupakan artikulasi dari pendiri NU, yaitu Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, bahwa NU ini didirikan organisasi para ulama untuk menyediakan panduan bagi agama.


"Itu dilakukan sebagai wujud dari tanggung jawab ulama untuk melaksanakan kehidupan beragama dengan sebaik-baiknya," terang Gus Yahya.


Lebih lanjut, NU perlu terus merawat supaya panduan bisa berfungsi efektif kepada jamaah. Karenanya, perlu strategi untuk mengomunikasikan panduan bimbingan umat dengan kemasan yang efektif. Sebab, hal ini berkaitan langsung dengan kepercayaan yang untuk mengikuti panduan ini terus terjaga.


"Di sisi lain harus dirawat hubungan ruhaniyah dengan jamaahnya, ada ikatan batin sehingga warga punya trust untuk mengikuti panduan yang disediakan NU," katanya.


Meskipun demikian, kiai memang memiliki tanggung jawab lain di luar persoalan intelektual atau keilmuan, yakni mengemong masyarakat. "Bahwa kita sekarang lakukan berbagai program ini, karena memang para kiai di samping mengemban tradisi intelektual, juga mengemban tradisi yang saat unik, yaitu riayatul ummah, ngemong umat,” katanya. 


"Ini tradisi ratusan tahun yang harus kita manifestikan di dalam NU ini," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan