Nasional

PBNU Gelar Halaqah Fiqih Peradaban di 250 Titik

Sel, 21 Juni 2022 | 09:30 WIB

PBNU Gelar Halaqah Fiqih Peradaban di 250 Titik

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf pada Konferensi Pers Peringatan Harlah Satu Abad NU di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (20/6/2022) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa PBNU halaqah fiqih peradaban di 250 titik di seluruh Indonesia. Kegiatan ini sebagai bagian dari rangkaian menuju Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang menjadi agenda peringatan 100 tahun NU.


Hal tersebut disampaikan saat memberikan sambutan pada Pembukaan Rapat Pleno PBNU dan Kick Off Peringatan Harlah Satu Abad NU di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (20/6/2022) malam. 


Gus Yahya menjelaskan bahwa 250 halaqah itu akan digelar mulai akhir Juli nanti hingga puncak Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang akan diselenggarakan pada akhir Januari atau awal Februari tahun depan. Hal ini berarti, setidaknya ada 40 titik halaqah setiap bulannya. "Insyaallah mulai akhir Juli kita akan segera mulai rangkaian halaqah menuju Muktamar Internasional Fiqih Peradaban," katanya.


Gus Yahya menegaskan bahwa hal tersebut merupakan angka yang realistis. Pasalnya, bahtsul masail atau diskusi mengenai problematika masyarakat sudah menjadi agenda rutin di setiap tingkatan kepengurusan NU. “Ini realistis karena sudah jadi tradisinya NU,” ujarnya dalam konferensi pers.


Halaqah ini akan melibatkan para kiai NU dari seluruh Indonesia. Hal ini tidak lain sebagai upaya untuk menggali gagasan-gagasan brilian para kiai. "Pokoknya kiai-kiai kampung kita ajak semua untuk membicarakan masalah ini," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Hasil halaqah ini akan dibawa ke Muktamar Internasional Fiqih Peradaban dan dijadikan sebagai solusi bagi peradaban dunia. "Kita punya ulama yang cerdas-cerdas, yang pasti punya gagasan bernas yang akan kita tawarkan kepada bukan hanya bangsa dan negara ini, tetapi kepada seluruh dunia," tegas Gus Yahya.


Halaqah ini, terang Gus Yahya, digelar karena adanya permasalahan yang fundamental di dunia saat ini yang harus dijawab oleh para ulama. "Yang berhak menjawab atas nama Islam itu hanya dan tidak boleh selain ulama. Maka kita ingin gelar melibatkan para ulama di seluruh dunia Islam. Tetapi sebelum itu, ulama kita dulu kita libatkan," jelasnya.


Kegiatan halaqah dan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban ini juga, menurutnya, merupakan penegasan dari fungsi utama Nahdlatul Ulama, yakni menjadi pemandu dan pembimbing warganya. "Satu hal yang kita ingat, fungsi NU adalah panduan bimbingan agama bagi jamaahnya," katanya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan