Gus Yahya: Gus Dur Tidak Percaya pada Revolusi
NU Online · Ahad, 13 Desember 2020 | 16:00 WIB
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah seorang yang tidak percaya pada revolusi sistemik.
“Kita tahu bahwa dalam selama sekian dekade sampai sekarang, diskursus tentang ekonomi politik itu didominasi oleh perdebatan antara kapitalisme dan sosialisme. Jelas Gus Dur sangat sadar dan memahami itu semua,” ungkapnya dalam Ziarah Pemikiran bertajuk ‘Gus Dur dan Ekonomi Politik Internasional’ yang dilangsungkan secara virtual, pada Ahad (13/12).
Suatu ketika di Istana Negara, saat tidak ada tamu, Gus Yahya berkesempatan untuk berbincang santai dengan Presiden Keempat RI itu. Pada satu pembahasan, Gus Dur kemudian mengatakan sesuatu dalam bahasa Jawa.
“Kulo niki nopo tho sing dereng kulo sinauni (Apa sih yang belum saya pelajari)? Semua sudah saya pelajari. Teori Kapitalisme sampai cabang-cabangnya, saya sudah paham semua. Marxisme sampai ke anak cucunya saya sudah hafal semua. Tapi setelah mempelajari semua itu, saya sampai pada satu kesimpulan. Sedoyo niku nopo jare kersane pengeran (Semua sudah ditakdirkan Allah),” kata Gus Dur, diungkap ulang oleh Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, Gus Dur melihat berbagai upaya atau ikhtiar yang selalu diperjuangkannya itu berfungsi secara total dan komprehensif. Mulai dari teori, praksis, hingga ke level spiritualitas yang tinggi.
“Gus Dur memahami berbagai upaya yang dilakukan itu bukan hanya sebagai kreativitas intelektual atau kreativitas kecerdasan akal beliau saja. Namun betul-betul melakukan fungsi spiritual,” tutur Gus Yahya.
Oleh karena itu, Gus Dur tidak pernah menyerukan satu gerakan revolusioner yang bersifat sistemik. Sebab di dalam sejarah, tidak pernah ada revolusi sistemik yang menghasilkan atau berujung pada kemaslahatan.
“(Revolusi) pasti harus memakan korban yang begitu besar. Sedangkan Gus Dur selalu melandasi semua lakunya pada moralitas kemanusiaan. Prioritas Gus Dur adalah kemanusiaan. Maka semua yang dilakukan didasarkan pada motivasi kemanusiaan,” jelas Gus Yahya.
Prinsip dan pemikiran Gus Dur sangat penting untuk direalisasikan, terutama di tengah era globalisasi ini. Sebab dunia tidak mungkin bisa menanggungkan tragedi kemanusiaan yang sangat besar.
“Dunia tidak mungkin menyangga bahaya dari satu ideologi dan sikap yang menafikan kemanusiaan. Nah ideologi dan sikap yang menafikan kemanusiaan itu apabila dituruti ujungnya akan menimbulkan tragedi besar di tengah-tengah globalisasi ini,” ucap Gus Yahya.
Ia mencontohkan, konflik antarkelompok yang dibingkai dengan identitas universal seperti agama akan begitu cepat merambat ke seluruh belahan dunia seperti serangan anti-Islam di New Zealand dan penyembelihan oleh Muslim terhadap nonmuslim di Prancis.
“Itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi kalau orang bertindak berdasarkan sikap dan ideologi yang menafikan kemanusiaan. Gus Dur sangat memandang kemanusiaan sebagai sesuatu yang sangat fundamental,” kata Gus Yahya.
Suatu ketika, salah seorang Muslim asal Sudan bertemu Gus Dur dan menyampaikan bahwa dirinya ingin mengembangkan sebuah pemikiran tentang kemanusiaan. “Itu adalah jalan yang benar,” kata Gus Dur merespons Muslim Sudan itu, diucap ulang oleh Gus Yahya.
“Kalau kita mau mengembangkan pemikiran tentang Islam harus diarahkan pada kemanusiaan. Kalau kita mengarahkannya kepada kemanusiaan maka pada ujungnya nanti kita akan menemukan jalan keluar bagi berbagai kemelut yang melanda dunia hari ini,” pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
4
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
5
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
6
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
Terkini
Lihat Semua