Nasional

Gus Yahya Ingatkan Halal Bihalal sebagai Bentuk Tabaruk kepada Kiai Wahab Chasbullah

Ahad, 14 Mei 2023 | 11:45 WIB

Gus Yahya Ingatkan Halal Bihalal sebagai Bentuk Tabaruk kepada Kiai Wahab Chasbullah

Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf pada Halal Bihalal di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah Ahad (14/5/2023). (Foto: Ngishom)

Semarang, NU Online
Jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Halal Bihalal bertajuk Syawalan Bahagia Menuju NU Digdaya di Abad Kedua. Acara ini digelar di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, pada Ahad (14/5/2023).


Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan ucapan selamat datang di abad kedua NU dan selamat Idul Fitri yang pertama di abad kedua NU.


Ia kemudian mengingatkan bahwa pelaksanaan halal bihalal harus dimaknai sebagai bentuk dari upaya mengalap berkah atau bertabaruk kepada salah seorang ulama pendiri NU KH Abdul Wahab Chasbullah. Sebab Kiai Wahab merupakan pelopor tradisi halal bihalal di Indonesia.


"Kita menyelenggarakan halal bihalal ini karena ingin bertabaruk kepada apa yang dulu dimulai atau sunnah yang dimulai oleh KH Wahab Chasbullah," ucap Gus Yahya.


Ia berharap, setiap orang yang baru saja selesai mengikuti halal bihalal akan saling memaafkan sehingga kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan menjadi lebur. Namun yang terpenting bagi warga NU yang mengikuti halal bihalal adalah berarti bertabaruk pada amalnya Kiai Wahab.


Gus Yahya mengaku akan sesering mungkin mengingatkan soal pentingnya bertabaruk kepada ulama. Ia lantas mengutip pesan yang pernah disampaikan KH Maimun Zubair kepadanya. 


"Beliau (Kiai Maimun Zubair) mengatakan kita dari generasi ini, apalagi orang-orang bodoh, orang-orang potongan jelek seperti saya, tidak punya maqam amal sendiri karena amal kita ini nggak jelas. Kalau diukur dari ukuran yang semestinya ini nggak jelas, masuk atau tidak, nggak jelas," tutur Gus Yahya.


Karena itu, lanjut Gus Yahya, Kiai Maimun Zubair mengatakan bahwa maqam para generasi saat ini adalah tabaruk kepada amalnya para ulama pendahulu yang shaleh.


"Maka apakah halal bihalal ini nanti akan betul bisa terlaksana? Mudah-mudahan. Tapi setidaknya dengan ini kita bertabaruk dengan Kiai Wahab Chasbullah," ucap Gus Yahya.


Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini meyakini bahwa tabaruk merupakan ibadah. Sebab tanpa niat tabaruk, ia menduga semua amal yang dilakukan selama ini, termasuk shalat, tidak memiliki arti.

 
"Saya yakin, tabaruk ini adalah bagian paling pokok di dalam thariqah NU. Sebagaimana pesan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar bahwa NU ini menjalankan thariqah yaitu thariqah Nahdlatul Ulama," jelasnya.


Gus Yahya memaknai thariqah Nahdlatul Ulama sebagai thariqah diniyah (keagamaan) dan thariqah ijtimaiyah (kemasyarakatan). Sementara hal paling pokok di dalam thariqah NU itu adalah tabaruk.


"Semua yang kita lakukan ini (termasuk halal bihalal) kita yakini sebagai tabaruk dengan berharap berkah. Ini adalah fondasi dari seluruh aktivisme kita di dalam berorganisasi dan berkhidmah," katanya.


Sebagaimana diketahui, Kiai Wahab Chasbullah merupakan pelopor tradisi halal-bihalal di Indonesia. Pada 1948, Presiden Soekarno memanggil Kiai Wahab ke Istana Negara untuk dimintai saran untuk dapat mengatasi situasi politik nasional yang sedang tidak baik-baik saja, kala itu.


Bung Karno menerima saran Kiai Wahab untuk menggelar silaturahim yang dihadiri para elite politik. Lalu saat Hari Raya Idul Fitri tiba, Bung Karno mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara guna menghadiri silaturahim bertajuk halal bihalal.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan